Hilirisasi Pangan Diharapkan Lebih Menunjang Pertumbuhan dan Pendapatan Negara
JAKARTA - Hilirisasi sektor pangan diharapkan akan lebih menunjang pertumbuhan dan pendapatan negara dibandingkan hilirisasi sektor tambang dan mineral.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menuturkan hal tersebut untuk menanggapi pidato Presiden Joko Widodo pada Sidang Tahunan MPR RI 2023 yang menyatakan pemerintah akan melakukan hilirisasi pada komoditas nonmineral seperti sawit, rumput laut, dan kelapa.
"Kita lagi berproses dengan hilirisasi yang akan jalan itu, bukan hanya hilirisasi tambang dan mineral, tetapi hilirisasi pangan yang akan menunjang lebih banyak," kata Mentan kepada ANTARA saat ditemui di Gedung Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu, 16 Agustus.
Sebagai bentuk keseriusan mewujudkan hilirisasi di bidang pertanian, lanjutnya, ia telah memerintahkan setiap direktorat di Kementerian Pertanian untuk memacu hilirisasi di 51 komoditas dari total 300 komoditas pangan yang telah dihilirisasi.
"Komoditas di bidang hortikultura ada, tanaman pangan ada, perkebunan ada, peternakan ada. Kita sekarang konsentrasi ke kurang lebih 51 hilirisasi utama," ucap SYL, panggilannya.
Secara rinci, komoditas hilirisasi unggulan di Direktorat Jenderal Perkebunan adalah sawit, kopi, kakao, minyak atsiri, dan kelapa. Kemudian, untuk komoditas hilirisasi utama di Direktorat Hortikultura, ada bawang merah, cabai, pisang, nanas dan beraneka tanaman obat.
"Nanti, tanggal 24 September kita akan lakukan launching terkait hilirisasi ini, di mana ada 400 UMKM di seluruh Indonesia yang terlibat dan itu memang betul-betul diintervensi oleh Direktorat Hortikultura," kata Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto dikutip dari ANTARA.
Baca juga:
Lalu, untuk hilirisasi prioritas pada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian di antaranya telur menjadi tepung telur, ayam menjadi nuget dan sosis hingga susu yang diolah menjadi beraneka keju.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Ali Jamil mengatakan bahwa telur akan diolah menjadi tepung telur, karena selama ini tepung telur dan tepung telur cair yang digunakan oleh industri 100 persen impor.
Pembuatan tepung telur tersebut juga dilatarbelakangi lantaran produksi telur dalam negeri yang berlebih hingga 300 ribu ton per tahunnya.
"Untuk biar stabil dan kita kembangkan produksi dalam negeri kita, diarahkan ke tepung telur. Buyer-nya selain dalam negeri juga untuk ekspor untuk industri tetangga kita seperti Singapura telah meminta," tuturnya.
Adapun hilirisasi prioritas di subsebktor tanaman pangan adalah olahan beras, jagung, singkong, ubi jalar dan kacang hijau hingga sorgum.
Sejauh ini, pasar hilirisasi untuk beras khusus telah mencatatkan ekspor sekitar 3.000 ton per tahun, ubi jalar dalam bentuk stik dan olahan lain ke Jepang, olahan kacang hijau terutama ke China dengan total 35 ribu ton per tahunnya.