Merujuk Hasil Penelitian, Pola Asuh Positif Berpengaruh Baik pada Anak dengan ADHD
JAKARTA - Mengasuh anak merupakan tantangan tiap hari, terutama bagi orang tua yang anaknya mengidap ADHD plus reaksi emosional ekstrim. Tugas pengasuhan tentu rasanya jauh lebih berat.
Tapi, tahukah Anda penelitian terkini menunjukkan bahwa pola asuh positif dapat membawa perubahan besar bagi perkembangan anak dengan ADHD. Penelitian ini mengambil sampel orang tua dari anak usia prasekolah dengan ADHD. Lalu mempelajari respon fisik anak seperti detak jantung dan respon perilaku serta emosional terhadap pola asuh positif dan negatif.
Para peneliti menemukan bahwa ketika anak diberi tahu dengan lembut, alih-alih berteriak dan mengkritik, mereka dapat bernapas lebih lambat dan tenang. Dari sini, Michael Manos dari Cleveland Clinic, Ph.D., melansir Cleveland Clinic, Jumat, 11 Agustus, mengatakan bahwa pola asuh negatif dapat berdampak negatif juga bagi anak.
Dia mengatakan menggunakan strategi pengasuhan negatif seperti hukuman fisik, berteriak, menggunakan ancaman, dan ultimatum biasanya mengakibatkan anak berusaha menghindari orang tua. Sebab orang tua dianggap sebagai agen 'penghukum'. Tak hanya itu, pola asuh negatif juga bisa sebabkan anak menjadi kontra-agresif.
Baca juga:
“Jika anak terus menerus diberi kritik, diperlakukan seperti musuh, dan mendapat perlakuan negatif seperti yang diterapkan pada pola asuh negatif. Anak akan cenderung menghindari orang tua atau menunjukkan perilaku membangkang,” kata Dr. Manos.
“Efek seperti membangkang dan menyerang balik, sangat umum terjadi pada anak. Bukan karena karakteristik bawaannya, tapi karena kualitas interaksi anatara anak dengan orang tua,” jelasnya.
Dr. Manos mengatakan anak belajar mengatur diri mereka sendiri lebih efektif ketika orang tua menggunakan pendekatan positif. Dan ini berlaku untuk semua anak, bukan hanya mereka dengan ADHD.
Ketika orang tua merasa perilaku anak mulai menyebalkan, hal pertama yang harus dilakukan sebelum menanggapi perilaku dengan reaksi negatif seperti membentak, memukul, atau mengancam ialah tanyakan pada anak apa yang dia rasakan saat itu. Menurut Dr. Manos, strategi terbaik yaitu meminta anak mendeskripsikan perasaannya.
“Gunakan pernyataan deskriptif yang simpel dalam membantu anak agar mereka bisa menyampaikan perasaannya. Berikan kontrol penuh dan keleluasaan pada anak untuk hal ini,” terang Dr. Manos.
Mengetahui perasaan anak bisa menolong orang tua melihat gambaran yang lebih besar tentang anak, sehingga hubungan baik dan harmonis dapat terjalin.
“Ini sangat berguna karena Anda tidak hanya mencoba mengatur perilaku anak, tapi juga sedang membangun hubungan yang akan bertahan seumur hidup.”