Gempa Bumi di Parigi Sulteng Akibat Sesar Aktif
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa gempa tektonik yang terjadi di daerah Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, pada Minggu pukul 08.44 WIB disebabkan oleh aktivitas sesar aktif.
Gempa bumi dengan magnitudo 5,2 itu pusatnya berada di darat pada kedalaman 10 km di koordinat 1,19 Lintang Selatan dan 120,26 Bujur Timur.
"Dengan memerhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, Antara, Minggu, 6 Agustus.
Ia menambahkan, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser.
Hasil pemantauan BMKG menunjukkan hingga pukul 09.05 WIB ada tiga aktivitas gempa bumi susulan dengan magnitudo terbesar 3,3 setelah gempa bumi yang terjadi Minggu pukul 08.44 WIB, yang semula dilaporkan memiliki magnitudo 5,3 dan kemudian diperbarui menjadi 5,2.
Baca juga:
- Gempa di Wilayah Timur Laut Sigi Sulteng, BMKG Imbau Masyarakat Guncangan Susulan
- Usai Penggerebekan di Yayasan Peduli Kemanusiaan, Kediaman Pratiwi Novi Terlihat Seperti Rumah Kosong
- Cari Barang Bukti Bom, Densus 88 Geledah Rumah Terduga Teroris di Boyolali
- Tolak Pemberian Rp2 Miliar dari Perusahaan Bali Tower, Ayah Sultan: Dia Pengecut
Daryono mengatakan bahwa gempa bumi tersebut getarannya dirasakan di daerah Parigi pada skala intensitas III-IV MMI serta Palu dan Poso pada skala intensitas III MMI.
Pada skala III MMI getaran dirasakan nyata di dalam rumah, terasa seakan ada truk berlalu. Sedangkan getaran pada skala IV MMI pada siang hari dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah dan beberapa orang di luar rumah serta dapat menyebabkan gerabah pecah dan pintu maupun jendela berderik.
Daryono mengimbau warga menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa serta melakukan pemeriksaan untuk memastikan bangunan tempat tinggal tidak mengalami kerusakan yang bisa membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.