Putin dan El Nino Ancam Pangan Dunia, Krisis Minyak Goreng Bakal Terulang?
JAKARTA – Sikap Presiden Rusia Vladimir Putin yang enggan memperbarui perjanjian lalu lintas perdagangan di Laut Hitam pada bulan ini membawa konsekuensi tersendiri bagi rantai pasok global.
Padahal, sebelum itu Kremlin mengijinkan Ukraina untuk mengirim hasil gandum dan komoditas bahan makan lain ke berbagai negara.
Atas dinamika tersebut, maka ketahanan pangan dunia dalam tekanan.
Demikian yang disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat acara Penyerahan Insentif Fiskal dalam Pengendalian Inflasi Daerah yang digelar hari ini.
“Pada bulan Juli ini Rusia mengakhiri perjanjian untuk distribusi di Lauh Hitam yang merupakan lalu lintas dari perdagangan komoditas. Sampai hari ini Rusia tidak memperbaharui perjanjian untuk memperbolehkan (lalu lintas di Laut Hitam),” ujarnya, Senin, 31 Juli.
Sri Mulyani menjelaskan, Ukraina merupakan salah satu penghasil minyak nabati dunia yang berasal dari biji bunga matahari.
Oleh karena itu, apabila terjadi disrupsi dalam rantai pasok, maka sisi demand akan mencari barang subtitusi untuk menggantikan, dalam hal ini minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).
Baca juga:
Seperti yang diketahui, Indonesia merupakan produsen terbesar minyak kelapa sawit. Gejolak yang terjadi di Eropa Timur tersebut sempat melambungkan harga ke titik tertinggi 1.733 dolar AS per ton pada 2022 yang lalu.
Meski harga sudah turun, namun relatif masih tinggi dari banderol sebelum pandemi.
“Ukraina dan Rusia karena perang maka membuat CPO kita juga kena dampaknya(harga naik). Ini yang menjelaskan kenapa terjadinya krisis minyak goreng pada awal 2022 (karena permintaan dunia yang tinggi),” tutur dia.
Menkeu menambahkan jika tantangan tidak berhenti sampai disitu. Saat ini Indonesia dan sejumlah negara dunia dihadapkan oleh fenomena El Nino. Kondisi cuaca yang diidentifikasikan kering tersebut berpotensi menjadi ancaman bagi sektor pertanian dan perkebunan pangan.
“Ini berarti untuk paruh kedua 2023 akan dipengaruhi oleh ketidakpastian dari komoditas, hampir mirip di 2022. Ditambah lagi nanti ada tantangan juga dari El Nino, sesuatu yang harus kita waspadai,” tegas dia.