Memahami Mekanisme Transfer Pemain dalam Industri Sepak Bola
JAKARTA – Setiap musim panas atau menjelang perputaran kompetisi sepak bola profesional di sebuah negara, sejumlah besar uang akan berpindah tangan di antara klub-klub peserta akibat aktivitas yang disebut transfer pemain. Lantas, sebenarnya bagaimana cara transfer itu bekerja?
Sepak bola adalah pasar global, dan para pemain top terus berpindah. David Beckham misalnya, yang terus berpindah dari Inggris, Spanyol, Italia, Prancis, dan Amerika Serikat selama kariernya. Atau Cristiano Ronaldo, yang sudah menjajal kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Portugal, Inggris, Spanyol, bahkan Arab Saudi.
Pesepak bola profesional top biasanya menandatangani kontrak kerja untuk jangka waktu tertentu. Umumnya selama lima tahun untuk bertahan di satu klub. Jika pemain tersebut pindah ke klub lain sebelum masa kontraknya berakhir, maka klub peminat akan membayarkan kompensasi ke klub lama. Inilah yang disebut biaya transfer.
FIFA menerapkan aturan bahwa pembelian pemain dapat dilakukan dua kali setahun, atau dikenal sebagai “jendela transfer”. Lama durasi “jendela transfer” di setiap negara berbeda-beda. Di Eropa, “jendela transfer” awal musim ditutup pada 31 Agustus. Sementara di Amerika Serikat, penutupan “jendela transfer” dilakukan pada 9 Agustus. Di awal musim “jendela transfer” bakal dibuka lebih lama, sedangkan pada pertengahan musim dilakukan lebih singkat.
Proses transfer adalah pekerjaan rumit yang melibatkan pemain, agen, klub, dan pengacara untuk membahas kontrak secara detail. Yang pertama dibahas tentu soal gaji dan bonus, entah bonus performa maupun loyalitas. Setelah itu akan dilakukan tes fisik untuk memastikan kebugaran fisik seorang pemain. Jika ternyata terdeteksi cedera, maka itu dapat saja berpengaruh pada biaya transfer sang pemain.
“Mengurusi soal transfer pemain memang pekerjaan gila. Urusan ini seperti memangkas umur kita dua tahun. Menurut saya, tidak ada bisnis yang lebih rumit dibandingkan transfer pemain. Pekerjaan ini bahkan berjalan setahun penuh tanpa jeda, dimulai saat pemantauan terhadap pemain untuk memenuhi kebutuhan klub,” kata mantan seorang manajer klub Liga Inggris yang tidak disebutkan namanya oleh BBC Scotland.
Siapa Penerima Uang Transfer?
Contoh kasus adalah transfer pemain termahal dalam sejarah, yaitu perpindahan Neymar Jr dari Barcelona ke Paris Saint-Germain (PSG) pada Agustus 2017. Nilai transfer penyerang asal Brasil ini gila-gilaan, 222 juta dolar AS atau sekitar Rp3,3 triliun! Transfer Neymar masih tercatat sebagai yang termahal di dunia hingga saat ini.
Duit Rp3,3 trilun itu tidak ditransferkan PSG ke Neymar, namun ke Barcelona. Kedua klub lantas akan membicarakan kontrak lama sang pemain, perihal macam-macam hak dan kewajibannya. Setelah dihitung-hitung, uang itu dipotong sebesar 45 juta dolar AS untuk fee agen dan berbagai urusan administrasi. Neymar mendapatkan 54 juta dolar AS per tahun, belum dipotong pajak.
Jadi Barcelona mendapatkan dana segar setidaknya sebesar 177 juta dolar AS, atau sekitar Rp2,7 triliun. PSG berharap mendapatkan keuntungan dari hak citra Neymar sebagai pesohor sepak bola dunia. Problem baru akan muncul soal hak citra pemain jika mendapatkan kontrak iklan. Klub maunya menguasai sepenuhnya hak citra pemain, namun pemain pasti bakal menolak. Umumnya hasil kontrak iklan akan dibagi 50:50 antara pemain dan klub.
Keberadaan seorang pemain bintang menjadi sumber uang utama sebuah klub. Menurut analisis konsultan keuangan dan akuntansi asal Inggris, Deloitte, penjualan cendera mata yang berhubungan dengan seorang pemain bintang mampu menghasilkan 43 persen pemasukan klub. Sebanyak 39 persen pemasukan datang dari penjualan hak siar televisi, sementara dari tiket hanya 18 persen.
Jadi jelas dalam urusan transfer, sebuah klub harus benar-benar jeli mengamati dan mencium potensi pemain incarannya. Sementara sang pemain juga harus sangat tahu potensinya berkontribusi untuk klub yang membelinya, baik soal prestasi maupun ekonomi.
Diuntungkan Aturan Bosman
Pesepak bola profesional harus berterima kasih kepada Jean-Marc Bosman, mantan pemain klub Standar Liege, RFC Liege, dan berbagai klub di Liga Belgia. Pada 1995, Bosman menggugat aturan UEFA yang membatasi pergerakan pemain untuk pindah klub meskipun kontrak sudah berakhir.
Klub peminat tetap harus membayar ke klub lama untuk mendapatkan pemain incarannya, meskipun kontraknya sudah habis. Pemain tersebut seolah tersandera, karena harus menunggu klub lama menyetujui nilai transfer dari klub baru.
Bosman juga menggugat pembatasan pemain asing dari luar Uni Eropa (UE) untuk bermain di negara anggota UE. Gugatan Bosman dimenangkan Pengadilan Eropa pada 15 Desember 1995, dan mulailah transfer gila-gilaan serta perpindahan pemain yang lebih leluasa di antara klub-klub profesional Eropa.
Jumlah pemain asing di Eropa meningkat pesat. Di Liga Inggris contohnya, jumlah pemain asing dari luar Inggris mencapai 70 persen. Kemunculan sosok-sosok hebat di lapangan berimbas pada nilai kontrak televisi yang melonjak, pendapatan klub yang meningkat, dan semua itu berimbas pula pada melambungnya nilai transfer pemain. Menurut data FIFA pada 2016, ada 14.591 kesepakatan transfer di seluruh dunia dengan rataan nilai 328 ribu dolar AS, atau hampir Rp5 miliar!
Banyak pendapat yang lantas mengatakan bahwa transfer-transfer bintang dengan nilai luar biasa menghilangkan nilai kompetitif dalam sebuah liga. Hanya klub-klub kaya seperti Manchester United, Barcelona, Bayern Muenchen, atau Real Madrid yang mendapatkan keuntungan.
Federasi Internasional Pesepak Bola Profesional (FIFPro) pernah menyatakan protes terhadap gigatransfer pemain ini. Klub-klub besar disebut menghilangkan keseimbangan kompetisi. Mereka mampu membeli pemain elite, untuk kemudian mendominasi kompetisi liga di negaranya dalam waktu lama. Sementara klub-klub kecil terseok-seok karena tak punya bintang.
Data FIFA membuktikan bahwa transfer pemain dengan membayarkan sejumlah besar uang, ternyata hanya 14 persen dari seluruh perpindahan pesepak bola di dunia. Sebanyak 86 persen perpindahan pemain dilakukan secara gratis, alias seorang pemain menghabiskan masa kontrak di klub lama untuk kemudian pindah klub tanpa perlu biaya transfer.