Menkop UKM Teten Masduki Upayakan Revitalisasi Pasar Rakyat yang Terhubung dengan Digitalisasi
JAKARTA - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengupayakan revitalisasi pasar rakyat atau tradisional yang terhubung dengan digitalisasi.
"Kami menargetkan transformasi digital sebanyak 30 juta pelaku UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) hingga tahun 2024," kata Teten Masduki saat kopi darat bersama pedagang pasar tradisional dan pemangku kepentingan, termasuk pejabat terkait di Surabaya, dikutip dari Antara, Minggu 9 Juli.
Sebagai pilot project (proyek percobaan), lanjut dia, pihaknya meminta Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur membenahi sistem agar ke depan para pedagang pasar tradisional di wilayah tersebut seluruhnya mampu berjualan secara daring.
Menurut dia, sampai hari ini baru mencapai 21 juta pelaku UMKM yang terhubung digitalisasi, 18 ribu di antaranya adalah pedagang pasar tradisional.
Jika revitalisasi pasar tradisional ditata mulai sekarang, lanjut dia, maka target transformasi digital sebanyak 30 juta pelaku UMKM di tahun 2024 optimistis akan tercapai.
Revitalisasi tersebut meliputi penataan agar pemasok seperti petani buah, sayur mayur, maupun peternak dan lain sebagainya lebih mudah menyediakan bahan-bahan kebutuhan pokok atau sembako di pasar tradisional.
Selain itu, para pedagang terhubung dengan marketplace atau lokapasar digital sehingga aktivitas jual beli dapat dilayani secara daring.
"Ini kan perlu diedukasi bagaimana pedagang di pasar melakukan perdagangan, wrapping lalu buat harga. Menurut saya, dibandingkan pasar modern, ini jauh lebih kompetitif. Para pedagang di pasar tradisional tidak perlu menyewa tempat untuk berjualan yang mahal. Jualan tetap di pasar tapi juga melayani daring. Tinggal dirapikan sistemnya," ujarnya.
Robiatul Adawiyah adalah salah satu pedagang pasar tradisional di Surabaya yang telah menikmati banyak keuntungan dari berjualan daring sejak tahun 2020.
Baca juga:
Pedagang buah-buahan dan sayur mayur di Pasar Pucang Surabaya itu mencatat omzet dari penjualan daring rata-rata Rp2 juta lebih per hari. Dibanding penjualan luring, yang menurutnya seringkali tidak mencapai Rp1 juta per hari.
Perempuan berusia 24 tahun itu bahkan pernah mencapai omzet Rp120 juta hanya dari penjualan daring sebulan.
"Setelah masuk lokapasar digital sih banyak perkembangannya. Omzetnya naik drastis sampai beberapa persen. Omzet dari penjualan daring selalu jauh lebih tingggi daripada luring," ucapnya.