Selamat dari Kamp Auschwitz, Penyintas Perang Dunia 2 Sesalkan Kerusuhan Capitol Hill

JAKARTA - Kerusuhan yang terjadi di Capitol Hill, Washington DC, Amerika Serikat pada 6 Januari lalu mendapat kecamanan dari berbagai kalangan di dunia. Salah satunya adalah Bill Harvey, pria 96 tahun yang selamat dari Kamp Konsentrasi Auschwitz milik NAZI di Polandia.

Jelang peringatan 76 tahun pembebasan Auschwitz yang jatuh setiap 27 Januari, Bill geram dengan masih adanya orang-orang anti-Semitisme, orang-orang yang membawa simbol NAZI. Ya, simbol dan tampilan itu dibawa pendukung Donald Trump saat membuat keonaran di Capitol Hill.

"Saya tidak pernah berpikir saya akan tinggal di negara ini dan menyaksikan sesuatu seperti itu. Sangat-sangat sedih," katanya melansir Reuters.

Harvey, yang diwawancarai oleh Zoom dari rumahnya di Los Angeles menyatakan keprihatinannya, bahwa pelajaran yang seharusnya diambil dari Holocaust Nazi pada Perang Dunia Kedua semakin memudar.

Nazi dan sekutunya membunuh sekitar 6 juta orang Yahudi, serta lainnya, di Eropa yang diduduki Jerman. Lebih dari satu juta orang, yang sebagian besar adalah orang Yahudi, dibunuh di Auschwitz, Polandia selatan, yang dibebaskan oleh pasukan Soviet pada 27 Januari 1945. 

Kamp Auschwitz. (Karsten Winegeart/Unsplash)

Harvey mengatakan dia kehilangan 37 anggota keluarganya di Auschwitz, termasuk ibu dan ayahnya.

"Sungguh luar biasa betapa banyak kebencian yang kami alami saat ini, jadi saya sangat sedih dan kecewa," tambahnya.

Dia menuturkan, serangan terhadap Capitol Hill di Washington mengingatkannya pada informasi yang salah dan propaganda yang menyertai kebangkitan NAZI di Jerman sebelum perang.

Setelah perang, kata Harvey, dia tidak pernah menyangka akan melihat swastika lagi.

“Tak satu pun dari simbol-simbol itu benar-benar menggambarkan apa yang kami alami setiap hari,” tambah Harvey, yang telah menghabiskan beberapa tahun terakhir mengajar di sekolah menengah, penjara, dan museum tentang pengalaman masa perangnya.

Caption

Gambar-gambar itu juga mengejutkan orang-orang seperti Michele Gold, yang mengelola Museum Holocaust di Los Angeles, yang ibunya adalah korban selamat dari Holocaust.

"Ketika kami merenungkan kembali pada 6 Januari. Itu mengerikan," kata Gold dalam sebuah wawancara dengan Reuters

“Itu bukan titik kritis, tapi saya pikir itu adalah pengingat yang sangat kuat tentang apa yang bisa terjadi jika pendidikan, ingatan, dan sejarah tidak terkendali.” kenangnya getir.

Gold memperhatikan secara khusus kaus bertuliskan 'Kamp Auschwitz' di bagian depan dan 'tongkat' di belakang, yang dikenakan oleh seorang perusuh.

"Kami tidak pernah ingin sejarah Holocaust menjadi catatan kaki di buku sejarah. Kita perlu berbicara tentang Holocaust, kita perlu mengajarkan tentang Holocaust karena ini adalah cara paling efektif untuk memerangi anti-Semitisme dan rasisme dalam segala bentuknya. Dan tidak pernah sepenting sekarang ini,” imbuhnya.