Sektor Manufaktur Indonesia Cenderung Melambat, Kemenperin Ungkap Faktor Penyebabnya
JAKARTA - Kementerian Perindustrian membeberkan sejumlah faktor yang menyebabkan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia melambat dalam beberapa waktu terakhir.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut, sejumlah faktor tersebut masuk dalam tiga indikator, yakni indikator stok bahan baku dan waktu pengiriman, tenaga kerja, dan permintaan domestik dan ekspor.
Untuk indikator stok bahan baku dan waktu pengiriman terdiri dari faktor tekanan inflasi menjadi 5,42 persen, pengaruh cuaca, serta permintaan luar negeri turun karena resesi global.
Berikutnya, untuk indikator tenaga kerja terdiri dari tekanan inflasi menjadi 4,35 persen, kenaikan PPN menjadi 11 persen, serta bahan baku langka karena kendala supply chain dan perang Rusia-Ukraina.
Kemudian, indikator permintaan domestik dan ekspor yang terdiri dari penundaan produksi karena over stock product.
"Sehingga pada perkembangannya terdapat tiga nilai PMI yang mendekati angka 50 atau tidak terjadi ekspansi yang berarti. Salah satunya pada PMI Mei 2023," ujar Menperin Agus dalam Rapat Kerja Kemenperin di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat, 16 Juni.
Agus menilai, kondisi ini juga terjadi di negara-negara lain di ASEAN dan negara ekonomi besar dunia.
Oleh karena itu, perlu dipahami faktor-faktor yang mempengaruhi ekspansi manufaktur di Indonesia dan negara lainnya seperti, faktor eksternal dan faktor domestik.
"Untuk faktor eksternal terdiri dari resesi global dimulai pada awal 2022 diikuti dengan peningkatan inflasi tertinggi terjadi pada triwulan III dan IV tahun 2022, lalu kebijakan moneter (suku bunga, Quantitative Easing dan Tappering) yang diambil The Fed untuk menyelamatkan perekonomian Amerika Serikat sebagai dampak pandemi), serta Perang Rusia-Ukraina menyebabkan terganggunya rantai pasok," ungkapnya.
SEE ALSO:
Selanjutnya, untuk faktor domestik terdiri dari momen hari raya dan faktor musiman serta naiknya belanja domestik.
"Begitu pula dengan IKI, dari Januari hingga Mei 2023 masih dalam kondisi ekspansif, namun cenderung melambat," imbuhnya.