Kukuhkan Galunesia, Menperin Ungkap 5 Tantangan Kembangkan Hilirisasi Aluminium
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan ada lima tantangan yang harus diselesaikan dalam upaya pengembangan hilirisasi komoditas aluminium di dalam negeri.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pengukuhan Asosiasi Gabungan Industri Aluminium Indonesia (Galunesia) di Jakarta, Rabu, 14 Juni.
Pertama, ketersediaan infrastruktur dan energi baik itu berupa jalan, pelabuhan, dan listrik di luar Pulau Jawa, terutama untuk mendukung kegiatan smelter.
"Kedua, dari aspek sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung kegiatan smelter," kata Menperin Agus lewat keterangan tertulisnya, Kamis, 15 Juni.
Ketiga, riset yang membutuhkan aspek teknologi dan modal. Keempat, tantangan dari sisi logistik. "Yang kelima, tantangan dari sisi eksternal dalam bentuk resistensi dari pihak luar negeri terhadap kebijakan hilirisasi," ujar Agus.
Menperin Agus menyebut, pihaknya berkomitmen terus menggenjot hilirisasi industri berbasis pengolahan sumber daya mineral logam.
"Aluminium merupakan salah satu sumber daya mineral logam yang menjadi fokus kebijakan hilirisasi ini. Komoditas logam andalan Indonesia ini memiliki potensi pasar domestik yang mencapai satu juta ton," tuturnya.
Meski pasarnya besar dan potensial, tetapi PT Inalum saat ini hanya mampu menyediakan sebesar 250 ribu ton. "Sehingga, masih terdapat room to grow yang sangat besar bagi investor untuk memenuhi kebutuhan aluminium nasional," ucap Agus.
Menurut Agus, salah satu langkah untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut adalah melakukan sinergi dengan berbagai pihak terkait, termasuk para pelaku industri yang tergabung dalam asosiasi.
Oleh karena itu, Menperin Agus mengharapkan kehadiran GALUNESIA dapat menjadi energi baru untuk menjawab setiap tantangan hilirisasi nasional.
Pendirian Galunesia juga didorong dan diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin. Asosiasi tersebut akan menjadi bagian dari pemangku kepentingan yang dapat mewujudkan langkah untuk meneruskan kembali rantai industri aluminium nasional.
Baca juga:
"Kami mengharapkan Galunesia dapat meningkatkan komunikasi antara angggotanya dan antara anggota dengan pemerintah, serta memperkuat data yang saat ini menjadi kunci keberhasilan di sektor apapun. Semoga GALUNESIA dapat menjadi mitra pemerintah dengan memberi masukan yang mampu memperkuat kebijakan dalam hilirisasi berbasis bauksit, dalam hal ini aluminium," ungkap Agus.
Pada kesempatan sama, Ketua Umum GALUNESIA Oktavianus Tarigan mengatakan, asosiasi sangat mendukung upaya pemerintah dalam memaksimalkan industri aluminium.
Menurutnya, potensi value chain aluminium sangat besar, termasuk untuk mendukung pengembangan ekosistem electric vehicle (EV) yang dicanangkan oleh pemerintah. Begitu pula dengan penerapan green energy yang sangat membutuhkan aluminium ke depan.
"Dari hulu ke hilir akan disinergikan bagi seluruh stakeholder," imbuh Oktavianus yang juga merupakan SEVP Pengembangan Bisnis PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero).