Ajarkan Nilai Toleransi, Untag Surabaya Buka Kelas Pemikiran Gus Dur
JAKARTA - Untuk menekankan pentingnya nilai toleransi di kalangan pemuda, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya membuka kegiatan Kelas Pemikiran Gus Dur pada Sabtu, 10 Juni.
Kaprodi Fakultas Hukum Untag Surabaya Wiwik Afifah S.Pi., SH., M.H. mengatakan nilai-nilai toleransi penting bagi mahasiswa sebagai bekal patriot muda yang akan mengembang amanah penggerak perdamaian
"Kelas Pemikiran Gus Dur ini merupakan ruang akan membawa mahasiswa untuk bisa merespons kondisi negara kita yang terus maju dalam kehidupan berdemokrasi." kata Wiwik.
Wiwik menambahkan kehidupan demokrasi tersebut telah dihasilkan mulai dari Presiden Soekarno dan kemudian didengungkan oleh K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
"Sehingga Gus Dur memiliki sembilan nilai sebagai kerangka bagaimana kita bersikap sebagai patriot muda," ujarnya.
Aktivis Gerakan Sosial, Puspita Ratna mengatakan kekuatan Indonesia berasal dari perbedaan yang beragam hingga dapat menjalankan demokrasi.
Menurut dia, orang dengan latar belakang yang berbeda, memiliki pemikiran yang berbeda dan sumber daya yang berbeda.
"Indonesia jangan diseragamkan, jangan sia-siakan potensi tersebut," ucap Ita, sapaannya.
Ketua YPTA Surabaya J. Subekti S.H., M.M., menjelaskan dalam memaknai demokrasi harus sesuai dengan nafas Pancasila yang memayungi semua identitas suku, agama, ras, dan sebagainya.
"Dalam konteks ini, keindonesiaan itu milik bersama. Sehingga kebangkitan ini memang harus dimiliki oleh semua warga bangsa Indonesia tanpa terkecuali," ujar Ketua Dewan Pembina Roemah Bhinneka itu.
Baca juga:
- Karena Rekam Jejak, Ribuan Orang Hadiri Deklarasi Dukungan kepada Ganjar Pranowo
- Jasa Marga Terapkan ITS untuk Rekayasa Lalu Lintas Mudik dan Balik Lebaran 2023
- Airlangga Hartarto dan SBY Bersilaturahim di Puri Cikeas untuk Bahas Isu Kebangsaan dan Pilpres 2024
- ASDP Tingkatkan Kesiagaan Jelang Puncak Arus Balik Gelombang Kedua
Selain itu, mahasiswa memegang peranan penting dalam mewujudkan nilai-nilai toleransi. Estafet kepemimpinan bangsa, lanjutnya, ada di tangan mahasiswa.
"Mahasiswa itu avant-garde. Garda terdepan bagi bagaimana masa depan bangsa Indonesia itu mau dibangun. Saya menyebut mahasiswa itu miniatur masa depan Indonesia. Mau lihat masa depan Indonesia, lihatlah mahasiswanya," ujarnya.
Untuk mempersiapkan diri tersebut, tidak cukup hanya dengan memiliki wawasan nilai-nilai toleransi di kalangan pemuda, namun mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
"Yang paling penting bukan memiliki wawasan nilai toleransi, tapi bagaimana kita punya komitmen menanamkan nilai nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari," tuturnya.