Seorang Santri Jadi Korban Kekerasan Senior di Ponpes Bogor
BOGOR - Seorang santri laki-laki berinisial KVD diduga menjadi korban kekerasan di area pondok pesantren (ponpes) Tahfidz Tanbihul Ghofilin Cibinong yang berada di Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Perwakilan keluarga yang merupakan kakak korban, Rizky Dewantara mengaku tidak terima adiknya yang masih duduk dibangku kelas dua SMP menjadi korban kekerasan.
Kejadian itu, kata dia, terjadi saat gelaran event olahraga di dalam pesantren seminggu lalu.
Kejadiannya hari Minggu, kata adik saya awalnya pelaku naik motor dan ada candaan lah, cuma si pelaku engga tau kenapa tiba-tiba ngambil besi kemudian disabetkan beberapa kali ke ade saya," ujarnya kepada wartawan Selasa 6 Juni.
Dewantara mengatakan, terduga pelaku merupakan seorang seniornya di pesantren, hal itu pula yang membuatnya merasa heran.
"Yang saya pertanyaan kenapa alumni pada saat ada kegiatan di dalam pesantren kok bisa masuk. Kemudian yang dilakukan oleh pihak pesantren saat ini apa, saya belum tau," katanya.
Akibat kejadian tersebut, kata dia, adiknya mengalami luka pada bagian punggung dan tanganya. Rizky Dewantara mengatakan akan melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian.
Ia pun berharap permasalahan yang menimpa adik dan keluarganya dapat perhatian dari pihak kepolisian maupun pemerintah.
Sebab, pondok pesantren merupakan tempat untuk menuntut ilmu, bukan ajang menjadi jagoan.
"Saya berharap ada tindakan tegas dari kepolisian atau unsur pemerintah Kabupaten Bogor. Saya ingin bupati atau gubernur meninjau langsung kenapa masih ada kekerasan di dunia pendidikan khususnya di ponpes," pungkasnya.
Baca juga:
- Program Layanan Angkutan Umum Perkotaan BTS Perlu Dukungan Pemerintah Daerah
- Hari Lahir Bung Karno, 6 Juni: Nikita Khrushchev Berikan Hadiah Patung Karya Seniman Uni Soviet
- Perhatian, Kendaraan Bermotor di DKI yang Belum Uji Emisi Bakal Kena Tilang
- Plaza Lippo Ekalokasari Terbakar, 5 Karyawan Dilarikan ke Rumah Sakit
Sementara itu, salah satu pengasuh di pondok pesantren, Ahmad mengaku tidak mengetahui kejadian tersebut.
"Saya tidak bisa bercerita apa-apa, saya kurang paham karena kejadiannya saya tidak ada di tempat," ujarnya saat dikonfirmasi