Teror di Sekolah, Enam Puluh Siswi Afghanistan Dilarikan ke Rumah Sakit Karena Keracunan
JAKARTA - Sekitar enam puluh siswi Afghanistan dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, setelah keracunan di sekolah mereka yang terletak di wilayah utara negara itu, kata pihak kepolisian Hari Senin.
Peracunan yang menargetkan sebuah sekolah perempuan di Provinsi Sar-e Pol, Afghanistan, terjadi setelah adanya pengawasan ketat terhadap pendidikan anak perempuan di negara yang dilanda perang tersebut, sejak Taliban mengambil alih dan melarang sebagian besar siswa perempuan remaja.
Itu juga setelah gelombang serangan racun terhadap sekolah-sekolah perempuan di negara tetangga, Iran.
"Beberapa orang tak dikenal memasuki sekolah perempuan ... di Distrik Sancharak ... dan meracuni kelas-kelas, ketika para siswi datang ke kelas, mereka teracuni," ujar Den Mohammad Nazari, juru bicara kepolisian Sar-e-Pol, tanpa menjelaskan lebih lanjut mengenai bahan apa yang digunakan atau siapa yang diduga berada di balik insiden tersebut, melansir Reuters 5 Juni.
Nazari mengatakan, para siswi tersebut telah dibawa ke rumah sakit namun dalam "kondisi baik". Tidak ada seorang pun yang ditangkap.
Diketahui, di negara tetangga, Iran, insiden keracunan di sekolah-sekolah perempuan membuat sekitar 13.000 murid perempuan sakit sejak November.
Selama pemerintahan Afghanistan yang didukung oleh pihak asing sebelumnya, beberapa serangan keracunan, termasuk dugaan serangan gas, juga terjadi di sekolah-sekolah perempuan.
Baca juga:
- Bertemu Presiden Erdogan, Stoltenberg Sebut Kesepakatan NATO-Swedia Dapat Dicapai
- Sebut Konflik China-AS akan Jadi Bencana, Menhan Li Shangfu: Banyaknya Perbedaan Tidak Jadi Halangan Mencari Titik Temu
- Partisan Rusia Pro-Ukraina Berencana Serahkan Tawanan ke Kyiv
- Sebut Badan PBB Gagal Hadapi Teheran, PM Israel Netanyahu Tingkatkan Ancaman Serang Fasilitas Nuklir Iran
Diketahui, Pemerintahan Taliban telah mencegah mayoritas siswa perempuan untuk bersekolah di sekolah menengah atas dan universitas sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021, memicu kecaman dari pemerintah internasional dan banyak warga Afghanistan.
Kendati demikian, otoritas Taliban tetap membuka sekolah dasar untuk anak perempuan hingga usia sekitar 12 tahun, mengatakan mereka mendukung pendidikan perempuan dalam kondisi tertentu