BNPB Beri Alternatif Solusi Tangani Banjir Rob di Demak

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan beberapa alternatif solusi yang bisa dilakukan untuk menangani banjir rob di Demak, Jawa Tengah, yang hingga kini dilaporkan memberi dampak pada sebanyak 23 desa, 157 fasilitas umum, 6.088 hektare lahan pertanian, dan 44.884 jiwa.

“Yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak rob jangka panjang yakni, mengurangi penyedotan air tanah, memulihkan fungsi mangrove, dan melakukan kajian menyeluruh tentang dampak reklamasi, jadi perencanaan pembangunan struktur di satu rangkaian sel pantai harus dilakukan,” kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dilansir ANTARA, Senin, 22 Mei.

Abdul Muhari atau yang akrab dipanggil Aam menyampaikan, reklamasi memang menjadi salah satu faktor pemicu pengikisan pantai atau abrasi, tetapi bukan berarti reklamasi tidak bisa dilakukan.

Hanya saja, kata dia, perencanaan dan perhitungan potensi dampaknya harus menyeluruh dan terintegrasi di satu sel pantai.

 “Kalau dalam ilmu teknik pantai, satu atau dua meter membangun struktur yang menjorok ke laut, maka dampaknya bisa 1-2 km ke kiri dan kanan, karena pergerakan sedimen (material yang tidak larut dengan air) itu jalannya puluhan km, begitu kita hambat, salah satu sisi mungkin akan mengalami sedimentasi (pengendapan material), tetapi di sisi lainnya justru akan menghilang, yang membuat air laut naik” katanya.

Menurut dia, jika memang ingin mengintervensi pantai, maka harus satu struktur sel, tidak bisa hanya di salah satu sisi karena akan merusak beberapa bagian, misalnya yang terjadi di Demak, ketika reklamasi dilakukan di Semarang, maka yang terdampak adalah pesisir-pesisir di pantai Demak.

“Sejarah pesisir Demak itu bersinggungan dengan pesisir Semarang, kita tahu bahwa Semarang sangat aktif di 1990 melakukan reklamasi pantai, sedangkan tahun 1990 itu hutan bakau masih ada, tetapi tidak adekuat untuk melindungi, kemudian selama satu dasarian (10 tahun), kita bisa lihat bahwa garis pantai Demak semakin turun hingga di tahun 2020 sudah semakin habis,” katanya.

Dia juga menjelaskan salah satu faktor lain yang menyebabkan banjir rob adalah penurunan muka tanah, dimana di Semarang terjadi penurunan sebesar 12-14 mm per tahun, sedangkan di Demak sebesar 4-5 cm per tahun.

Maka untuk mengatasi penurunan permukaan tanah tersebut, Ia menyarankan agar masyarakat tidak terus-terusan meninggikan jalan dan menyedot air tanah.

 

Sedangkan untuk solusi jangka pendek, Aam menyarankan untuk membangun struktur keras atau hard structure, yang tujuannya tidak hanya sebagai tanggul, melainkan juga untuk melindungi agar bakau yang ditanam kembali dapat tumbuh dengan baik.

Menurutnya hard structure tidak semata-mata mesti dibangun dengan bahan dasar beton, melainkan juga bisa yang bersifat hybrid engineering, atau memanfaatkan bahan-bahan alam, misalnya ranting-ranting pohon yang bisa digunakan untuk menahan sementara dan mengembalikan sedimen.

Selain itu, juga menyarankan agar tambak-tambak di pesisir pantai yang sudah tidak produktif bisa dimanfaatkan untuk menanam bakau kembali.

“Ketika lahan bakau ini dikonversi menjadi tambak, maka fungsinya hilang, tetapi bukan berarti masyarakat tidak bisa membuat tambak, bisa diatasi dengan misalnya dari satu luas tambak yang sudah dibuat, bagian tengahnya ditanami bakau, atau dibagi menjadi dua, setengah bakau, setengah tambak, jadi intinya kita kembalikan lagi fungsi hutan bakau,” kata Abdul Muhari.