Restrukturisasi Kredit BRI Terus Melandai, Kuartal I Terpapas 61 Persen
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) melaporkan bahwa restrukturisasi kredit terdampak pandemi COVID-19 terus menunjukan penurunan.
Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengatakan sinyal positif ini utamanya disokong oleh debitur usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang menjadi core bisnis perseroan.
“Hingga akhir kuartal I 2023 tercatat tinggal Rp.99,8 triliun dari akumulasi restrukturisasi sebesar Rp.263,4 triliun,” ujarnya dalam keterangan pers yang disiarkan Jumat, 12 Mei.
Agus menjelaskan, para debitur yang sebelumnya mengajukan penjadwalan ulang kewajiban telah banyak yang membayar tepat waktu seperti sedia kala.
“Cukup menggembirakan, penurunan ini sekitar 61 persen karena pembayaran lancar. Jadi kita tahu sama-sama bahwa penurunan Loan at Risk (LAR) saat pandemi ini bukan hanya karena pembayaran, sebagian kecil juga karena unflagging, dalam arti kondisi nasabahnya sudah membaik, sehingga kita lepaskan flag restruk COVID-nya. Namun sebagian besar penurunan nilai restrukturisasi tersebut adalah karena adanya pembayaran,” ujarnya dalam rilis Jumat, 12 Mei.
Menurut Agus, debitur yang gagal atau tidak bisa diselamatkan kurang lebih hanya sekitar 2 persen dari total debitur restrukturisasi.
Baca juga:
“Dan yang default rate kita, antara yang menjadi NPL maupun kita PH itu kurang lebih 11 persen. Jadi kita tetap optimis karena NPL coverage kita di atas 280 persen, bahkan LAR coverage kita sudah 49 persen. Dengan default rate tadi yang kurang lebih 11 persen, kami cukup confidence dan nyaman bahwa untuk credit risk yang terkait dengan risiko LAR Covid ini sudah cukup termitigasi dengan baik,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan saat ini perseroan telah memiliki pencadangan yang sangat memadai apabila terjadi potensi pemburukan di kemudian hari.
“Kami sekarang sudah mencadangkan terhadap LAR kita, cadangan kita mencapai 49 persen, padahal yang tidak bisa diselamatkan hanya 2 persen. Sehingga cadangan BRI untuk mengantisipasi risiko terjadinya pemburukan restru Covid ini, menurut saya bukan hanya cukup, tetapi jauh lebih dari cukup,” katanya.