Semburan Lumpur Panas di Wajok Hilir Kalbar Berawal dari Ngebor Cari Air Bersih
KALBAR - Semburan lumpur panas muncul dari dalam tanah milik Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Alamiyyah di Kecamatan Jungkat, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar).
Lumpur panas muncrat usai pengelola ponpes melakukan pengeboran tanah sedalam 40 meter untuk mendapatkan sumber air bersih.
"Semburan lumpur panas terjadi setelah pengeboran disusul terjadinya ledakan yang menghantam bangunan laboratorium," kata Pimpinan Ponpes Nurul Alamiyyah, KH Husnan Bin Nur Alam saat ditemui di Wajok Hilir, Jungkat, Kalbar, Selasa 9 Mei, disitat Antara.
Dari dalam tanah tersebut, selain menyemburkan lumpur panas, juga tercium bau menyengat yang diduga merupakan bau gas.
Ia mengatakan peristiwa serupa pernah terjadi beberapa tahun lalu di lingkungan pesantren tersebut. Akibatnya kini ia mengaku jera untuk melakukan pengeboran sumur untuk mendapatkan air bersih.
“Sebelumnya pada 2003 itu di depan pagar pondok jaraknya satu meter pernah meledak selama 24 jam banyak air yang keluar dan airnya dijadikan obat oleh orang sekitar. Kemudian tahun 2006, Bupati Mempawah Agus Salim (periode 2004-2009) menganggarkan untuk membuat sumur bor dan pukul 10 malam meledak ketika pengeboran sudah mencapai 40 meter dan semua mesin hancur,” tuturnya.
Baca juga:
- Gunakan Jabatan untuk Edarkan Sabu Jadi Pertimbangan Irjen Teddy Minahasa Divonis Penjara Seumur Hidup
- Dikunjungi Sekretaris Partai Komunis Fujian China, Wapres Ma'ruf Bahas Rencana Investasi
- Kasus Yunita Tersangka Pelecehan 17 Anak Dilimpahkan ke Kejati Jambi Rabu Pekan Ini
- BMKG Petakan Zona Aman Tsunami dan Cek Rambu Evakuasi di Lokasi Utama KTT ASEAN
Ia mengatakan, yang ketiga kalinya ini dilakukan karena adanya keinginan dari dirinya agar pondok pesantren memiliki air bersih serta adanya keyakinan dari perusahaan pengeboran bahwa sumur bor dapat digunakan.
“Saya tanya tim yang mengebor katanya bagus bahkan airnya bisa diminum,” kata dia.
Terkait adanya ledakan dan lumpur panas yang keluar dari dalam tanah itu, dia mengatakan pemerintah setempat telah melakukan pengecekan sampel tanah.
“Sampelnya masih dibawa ke laboratorium dan ditunggu sampai dua minggu. Jika positif (mengandung gas) maka pondok pesantren akan dipindahkan,” ujarnya.
Menurutnya, pondok pesantren tidak akan menerima bantuan apapun mengenai pengeboran untuk mendapatkan air bersih.
“Insya Allah ke depannya saya akan mengusahakan untuk mendapatkan air bersih, saya akan cari pipa untuk menampung dan beli wing yang besar dan semoga ada bantuan dari pemerintah setempat,” tandasnya.