Trauma Gagal Bayar Bunga Obligasi Emiten, Investor Diminta Hati-hati pada Global Bonds PGEO

JAKARTA - Investor diminta berhati-hati terhadap aksi refinancing PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) melalui penerbitan obligasi menyusul adanya risiko gagal bayar dan komitmen penyelesaian utang.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan melimpahnya likuiditas di pasar obligasi tak menurunkan kehati-hatian investor dalam memilih portofolio investasi pada instrumen surat utang.

Menurutnya, kasus gagal bayar bunga obligasi yang menimpa sejumlah emiten baru-baru ini akan menjadi sentimen negatif bagi penerbitan green bonds PGEO dikarenakan status perseroan yang juga merupakan anak usaha perusahaan pelat merah, yaitu Pertamina.

"Walaupun nggak sampai default, tapi ini mengganggu kepercayaan investor. Untuk itu memang dibutuhkan keterbukaan informasi dari regulator dan perusahaan itu sendiri," ujarnya kepada wartawan, Selasa, 2 Mei.

Selain itu, lanjut Ramdhan, peringkat BBB- dari lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings untuk green bonds PGEO dinilai terlalu berisiko bagi investor. Pasalnya, rating BBB- merupakan tingkat kelayakan investasi paling rendah.

"Ini terlalu berisiko, makanya perseroan harus membuktikan bahwa mereka mempunyai komitmen yang baik dalam penyelesaian utang-utangnya," tutur dia.

Dari sisi korporasi, papar Ramdhan, PGEO harus menanggung tingkat bunga yang lebih tinggi pada penerbitan surat utang luar negeri perdananya, apalagi emisi hasil obligasi akan digunakan untuk membayar utang kembali alias refinancing.

"Kalau tidak punya history rilis surat utang, yang harus ditanggung memang cost of fund pasti lebih tinggi," tegasnya.

Di sisi lain, kata Ramdhan, komitmen penyelesaian utang-utang PGEO juga belum teruji di pasar sehingga pelaku pasar akan lebih berhati-hati.

"Makanya untuk emiten-emiten yang sudah rutin menerbitkan obligasi dan mempunyai catatan baik di pasar akan lebih mudah diterima investor," pungkasnya.