Kasus COVID-19 di Garut Naik, Pasien Terinfeksi Kebanyakan Belum Divaksinasi
GARUT - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyampaikan naiknya kasus positif COVID-19 sampai ada yang meninggal selama libur Lebaran kebanyakan menginfeksi warga yang belum divaksinasi, dan belum vaksinasi COVID-19 lengkap.
"Hampir 80 persen kasus-kasus positif COVID-19 pada mereka yang sama sekali belum divaksinasi atau baru satu kali divaksinasi," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Garut Asep Surachman dilansir ANTARA, Selasa, 2 Mei.
Dia menuturkan Dinkes Kabupaten Garut mencatat selama sepekan terakhir ada 80 kasus positif COVID-19, dari kasus itu dilaporkan sebanyak 4 kasus meninggal dunia.
Pasien COVID-19 yang meninggal dunia itu, kata dia, karena ada sakit bawaan atau komorbid pada pasien, terutama pasien lanjut usia, dan ada yang belum divaksinasi.
"Dalam sepekan ini empat kasus meninggal terjadi pada mereka yang memiliki komorbid, terutama pada usia lansia," katanya.
Temuan kasus selama sepekan ini merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan sepekan sebelumnya, dan tercatat sejak Januari sampai April 2023 jumlah kasus COVID-19 sebanyak 300 orang, dan 19 orang di antaranya meninggal dunia.
"Kemarin yang meninggal dunia di pekan ini empat orang, atau secara kumulatif 19 orang pada Januari sampai April yakni mereka yang memiliki komorbid, terutama lansia," katanya.
Mereka yang terjangkit COVID-19, sambung Asep, tidak hanya karena belum mendapatkan vaksinasi COVID-19, tapi karena disebabkan tidak mematuhi protokol kesehatan, seperti tidak memakai masker saat melakukan aktivitas dan berinteraksi dengan orang.
Baca juga:
- AKBP Bambang Kayun Segera Jalani Sidang Kasus Suap dan Gratifikasi
- Tanpa NasDem, Pertemuan Jokowi dengan 6 Ketum Parpol Bakal Bahas Capres-Cawapres
- Prabowo, Airlangga dan Ical Bertemu Lagi, Bahas Duet Pilpres 2024?
- Detik-Detik AKBP Buddy Alfrits Tertabrak Kereta, Keluar dari Polres Jaktim Kantor Hingga Stasiun Jatinegara
Menurut Asep, mereka yang tidak mematuhi protokol kesehatan karena menganggap wabah COVID-19 sudah tidak ada, padahal masih perlu diwaspadai penularannya dengan mematuhi protokol kesehatan.
"Paling banyak meningkat pada usia produktif 20 sampai 40 tahun yang positif," katanya.
Tingginya kasus positif COVID-19 di Garut dikarenakan tingginya mobilisasi orang dari berbagai kota besar ke Garut saat musim libur Lebaran, sehingga mempercepat penularan COVID-19 di daerah.
Menurut Asep, peningkatan kasus tersebut diprediksi masih akan terjadi hingga Juni 2023, untuk itu jajarannya sudah siap melakukan penanganan medis dan pencegahannya dengan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap masyarakat yang menunjukkan gejala COVID-19.
"Kita melakukan upaya jangan sampai ini melonjak terus, diprediksi sampai dengan Juni akan terjadi peningkatan, dan turun kembali," katanya.