Jerman Pertimbangkan Batasi Ekspor Bahan Kimia ke China untuk Pembuatan Semikonduktor
JAKARTA - Pemerintah Jerman mempertimbangkan untuk membatasi ekspor bahan kimia ke China yang digunakan untuk memproduksi semikonduktor sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi paparan ekonominya terhadap kekuatan ekonomi super Asia itu, demikian laporan Bloomberg pada Kamis, 27 April.
Langkah ini masih dalam tahap awal diskusi, namun para pejabat yang terlibat dalam pembicaraan menyadari bahwa langkah tersebut dapat merusak hubungan bisnis dengan Beijing. Merck KGaA dan BASF, dua perusahaan kimia Jerman yang mungkin terkena dampak pembatasan ekspor jika diimplementasikan, menolak memberikan komentar.
Ini juga akan menjadi langkah terbaru yang sedang dipertimbangkan oleh Jerman saat mereka mengevaluasi kembali hubungan dengan China. Pemerintahan koalisi Kanselir Olaf Scholz sedang mendorong untuk mendapatkan akses pasar yang lebih adil ke mitra perdagangan terbesarnya tetapi juga semakin waspada terhadap Beijing sebagai rival strategis.
Baca juga:
- Uni Eropa Ajukan Aturan untuk Mengurangi Sengketa Paten pada Teknologi Pintar
- Pengadilan Rusia Kembali Denda Wikimedia Foundation karena Konten Terlarang Terkait Militer Rusia
- Pemerintah Inggris Rilis RUU untuk Atasi Masalah Perjudian Online di Smartphone
- Begini Cara Menautkan Akun WhatsApp Anda Keempat Perangkat Sekaligus
"Kontrol ekspor terkait teknologi harus selalu diperiksa, selalu diperluas, dan selalu diperbarui," kata juru bicara pemerintah pada saat itu, seperti dikutip Reuters.
Pemerintah Jerman saat ini sedang mengerjakan dokumen strategi tentang China yang akan diluncurkan tahun ini. Jerman, dan Uni Eropa secara keseluruhan, mendorong upaya untuk memproduksi lebih banyak chip di dalam negeri dengan menawarkan subsidi.
Pabrikan chip Taiwan, TSMC, sedang dalam pembicaraan untuk membuka pabrik pertamanya di Eropa di Jerman, sedangkan pabrikan chip AS, Intel Corp, memilih kota Magdeburg di Jerman sebagai lokasi kompleks pembuatan chip baru senilai 17 miliar euro pada tahun lalu. Jerman telah mengundang perdana menteri China untuk pembicaraan pada bulan Juni dan Scholz pada bulan November menjadi pemimpin pertama dari G7 yang mengunjungi Beijing sejak pandemi COVID-19.