Roh Olahraga adalah Persaudaraan, Biarkan Israel Datang untuk Piala Dunia U-20

JAKARTA – Sikap Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang menolak timnas Israel bertanding di Bali dan Jawa Tengah dalam Piala Dunia U-20, menurut pengamat politik Universitas Muhammadiyah Malang Hutri Agustino, sangat mengejutkan.

Sebagai kader partai penguasa, alih-alih menyukseskan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023, keduanya justru melarang timnas Israel bertanding di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar dan Stadion Manahan, Surakarta.

“Jadi, agak lucu. Kader partai penguasa yang tadinya bilang siap mendukung atau yang seharusnya mendukung pemerintah, kali ini mengambil posisi berbeda. Ya boleh-boleh saja, tetapi pertanyaannya mengapa baru bersuara sekarang?” kata Hutri kepada VOI pada 27 Maret 2023.

Ketika Israel dinyatakan lolos babak kualifikasi pada Juni 2022 atau setidaknya ketika Presiden FIFA Gianni Infantino datang menemui Presiden Joko Widodo pada Oktober 2022 tidak ada satu pun yang bersuara mengenai keberadaan Israel sebagai kontestan Piala Dunia U-20.

Wayan Koster dalam rapat bersama Menpora Zainudin Amali pada Januari 2023 juga telah menyatakan siap mendukung penuh pelaksanaan Piala Dunia U-20.

“Sekarang giliran suasana mulai memanas, jelang drawing, mereka semua ramai-ramai tegas menolak,” ucap Hutri.

Mikhail Yakovlev, pebalap sepeda Israel yang sempat berlaga di kejuaraan UCI Tracks Nation Cup 2023 di Jakarta, 23-26 Februari lalu. (athletistic.com)  

Sedangkan Ganjar beralasan menolak Israel karena sikap dukungan dan komitmen untuk kemerdekaan Palestina. Sepeti yang telah diperjuangkan oleh Presiden pertama RI, Soekarno (Bung Karno).

"Kita sudah tahu bagaimana komitmen Bung Karno terhadap Palestina, baik yang disuarakan dalam Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok, maupun dalam Conference of the New Emerging Forces. Jadi ya kita ikut amanat beliau," kata Ganjar dalam keterangan tertulis pada 23 Maret 2023.

Bung Karno memang telah menunjukkan ketegasan ketika menolak pertandingan melawan Israel pada babak Kualifikasi Piala Dunia 1958. Serta, menolak memberikan visa kepada perwakilan Israel saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV 1962.

Kendati begitu, menurut Hutri, “Jangan sampai konsistensi sepak terjang politik Bung Karno di kancah internasional khususnya hanya diambil secuplik-cuplik saja. Dalam konteks ini seolah melanjutkan ajaran Bung Karno, tapi dalam isu lain kemudian malah mengabaikan ajaran-ajaran Bung Karno. Jangan sampai seperti itu.”

Sehingga, kata Hutri, diakui atau tidak, masyarakat tentu berpikir penolakan tersebut hanya langkah politik untuk kepentingan elektoral, untuk kepentingan elektabilitas, popularitas, mendongkrak suara politik PDI Perjuangan tahun depan.

Piala Dunia U-20 seolah menjadi momen bagi PDI Perjuangan untuk mendekatkan diri dengan kelompok-kelompok yang selama ini berseberangan, khususnya kelompok-kelompok Islam yang terus menentang kehadiran Israel di Indonesia.

“Konteks sepak bola saat ini akhirnya bergeser ke konteks politik. Padahal, dengan keikutsertaan Israel di Piala Dunia U-20, pandangan Indonesia terkait dukungan untuk Palestina tidak berubah. Sepak bola justru bisa menjadi media pemersatu, media diplomasi tingkat tinggi. Ini momentum bagaimana membangun dialog dengan Israel,” imbuhnya.

Terancam Sanksi

Saat ini, PSSI tengah melakukan lobi ke sejumlah lembaga untuk mencari solusi mengatasi penolakan israel di Piala Dunia U-20 2023. PSSI, kata Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Arya Sinulingga, tidak memiliki kewenangan menolak kontestan Piala Dunia U-20 yang sudah disahkan oleh FIFA meski sebagai tuan rumah sekalipun.

Jika memang masyarakat benar-benar menolak, keberlangsungan sepak bola Indonesia akan terancam. FIFA kemungkinan besar akan menjatuhkan sanksi dan tidak akan mengakui seluruh pertandingan sepak bola Indonesia, baik di tingkat domestik maupun internasional.

“Sehingga nantinya kompetisi tak ada bedanya dengan pertandingan amatir antar kampung (tarkam),” kata Arya dalam keterangannya pada 24 Maret 2023.

Lagipula, atlet Israel sebenarnya pun sudah beberapa kali mengikuti kejuaraan cabang olahraga yang digelar di Indonesia. Misal dalam turnamen bulu tangkis BWF pada 2015 di Istora Senayan. Atlet bulu tangkis putra Misha Zilberman bisa mengikuti turnamen tersebut lewat proses Panjang, setelah sempat tertahan di Singapura akibat visa.

Pemain tunggal putra Israel, Misha Zilberman bertanding melawan pebulu tangkis putra China Taipei Hsu Jen Hao pada BWF World Championship 2015 di Istora Senayan, Jakarta pada 11 Agustus 2015. (Antara/PBSI/Nafielah Mahmudah)

Lalu, atlet panjat tebing Yuval Shemla dan Noa Shiran dalam kejuaraan dunia panjat tebing pada September 2022. Yuval Shemla bahkan sempat mengalahkan wakil Indonesia Musauwir di babak kualifikasi nomor lead putra. Serta, atlet balap sepeda Mikhail Yakovlev dalam UCI Track Nations Cup 2023 di Velodrome Jakarta.

“Intinya, kami akan terus mencari solusi terbaik. Sepak bola Indonesia harus kita selamatkan bersama-sama,” imbuh Arya.