Perjalanan BSM di Bank Syariah Indonesia: Saham Mayoritas tapi Jadi 'Anak Buah' BRI Syariah

JAKARTA - PT Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan satu di antara tiga bank nasional yang ditunjuk pemerintah untuk berdifusi membentuk Bank Syariah Indonesia. Dua lembaga jasa keuangan lainnya adalah PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk (BRIS) dan PT Bank Negara Indonesia (BNI Syariah).

Penggabungan tiga bank plat merah itu diharapkan bisa semakin memfokuskan fungsi intermediasi dalam menggarap pasar syariah nasional yang belum sepenuhnya terjamah.

Dalam proses merger, BSM menyandang predikat sebagai bank syariah terbesar di Indonesia. Dari sisi kinerja pun berbanding lurus dengan label tersebut.

Mengutip laporan keuangan terakhir perseroan periode kuartal III 2020 di laman resmi, disebutkan bahwa Bank Syariah Mandiri berhasil menghimpun laba bersih tidak kurang dari Rp1,07 triliun. Angka tersebut naik 22,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun, penopang cuan BSM dikontribusikan dari paling banyak oleh peningkatan fee based income terutama yang disumbang dari layanan digital, produk berbasis emas dan pendapatan margin pembiayaan consumer.

Lalu untuk sektor intermediasi perbankan, pembiayaan BSM disebutkan menyentuh nilai Rp79,2 triliun atau tumbuh 7,3 persen dibandingkan dengan kuartal III 2019.

Melambungnya jumlah pembiayaan diikuti oleh kemampuan perseroan untuk menjaga kualitas penyaluran dana dengan rasio NPF (non-performing financing/NPF) nett sebesar 0,6 persen pada September 2020 dibandingkan dengan September 2019 yang sebesar 1,6 persen.

Meski bisa dibilang cukup berprestasi dari sisi kegiatan usaha, namun hal tersebut tidak otomatis menjadikan BSM sebagai pemimpin Bank Syariah Indonesia. Pemerintah sebagai shareholder terbesar lebih memilih BRIS sebagai entitas induk, dengan dua lainnya akan melebur dalam susunan inti.

Padahal, BSM dipercaya berkontribusi 51 persen pembentukan Bank Syariah Indonesia. Hingga juni 2020, total aset tiga bank syariah pemerintah itu dilaporkan berjumlah Rp214 triliun dengan modal inti Rp20,4 triliun.

Diperkirakan, alasan utama negara menunjuk BRIS karena lembaga jasa keuangan ini telah lebih dulu menjadi perusahaan publik dibandingkan dengan dua bank lain sehingga lebih tidak mengulangi proses IPO (initial public offering) apabila ingin tercatat di lantai bursa.

Di samping itu, BRIS merupakan anak usaha dari bank terbesar di Indonesia, yakni BRI, dengan catatan aset Rp1.447 triliun secara konsolidasi per September 2020.

BRIS sendiri hingga akhir kuartal III 2020 diketahui memperoleh laba bersih sebesar Rp190 miliar dengan torehan aset Rp56 triliun.  

Sementara BNI Syariah untuk periode yang sama membukukan laba bersih sebesar Rp387 miliar dan aset Rp52,3 triliun.

Perbedaan postur kinerja dan aset antara BSM dan dua bank lainnya memang sangat mencolok. Meski demikian, pemerintah pasti sudah memikirkan masak-masak soal hal ini.

Bank yang diproyeksi menjadi lembaga jasa keuangan syariah terbesar di republik ini didirikan melalui akad penggabungan yang ditandatangani pada Rabu, 16 Desember 2020.

Melalui nota kesepakatan tersebut, disepakati Hery Gunardi (Dirut BRIS) sebagai Direktur Utama Bank Syariah Indonesia. Diikuti kemudian oleh Ngatari (Dirut BSM) sebagai wakil direktur utama I, dan Abdulah Firman Wibowo (Dirut BNI Syariah) sebagai wakil direktur utama II.

Rencananya, Bank Syariah Indonesia akan mulai beroperasi secara penuh pada 1 Februari mendatang.