Fadly Satrianto Punya Jadwal Penerbangan Sendiri, Tujuannya ke mana, Dia Tidak Bilang

JAKARTA - Fadly Satrianto, menjadi salah satu korban dalam kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di sekitar Kepulauan Seribu tak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Sabtu, 9 Januari. 

Fadli adalah putra bungsu pasangan Sumarzen Marzuki dan Ninik Andriyani. Dia menjalani sekolah penerbangan usai lulus dari Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya.

Ayahanda Fadly, Sumarzen Marzuki mengatakan, cita-cita untuk menjadi seorang pilot sudah diimpikan putranya tersebut sejak lama. 

"Sudah sejak kecil," ujar Sumarzen Marzuki dilansir Antara, Senin, 11 Januari. 

Pagi, sebelum pesawat dilaporkan kehilangan kontak, Fadli sempat menelpon ibunya dan pamit. Kata Sumarzen Marzuki, putranya menyampaikan kalau dia dipindahkan ke Sriwijaya. 

"Rencananya setelah sampai di Pontianak, dia bersama kru Nam Air yang juga ikut dalam pesawat Sriwijaya Air itu, ada jadwal penerbangan sendiri. Tujuannya kemana dia tidak bilang," ucap Sumarzen. 

Selama tiga tahun terakhir, setelah lulus dari serangkaian sekolah penerbangan, Fadly menjadi Co-Pilot untuk maskapai penerbangan Nam Air, yang merupakan anak perusahaan Sriwijaya Air.

Fadly terakhir pulang ke rumah di Surabaya sekitar dua minggu yang lalu. Semenjak menjadi Co-Pilot, dirinya memang jarang kembali karena urusan pekerjaan yang mengharuskannya untuk tetap prima. 

"Dia lebih banyak tinggal di hotel. Di rumah hanya sekadar mampir. Apalagi sebagai Co-Pilot kondisinya harus prima. Kalau tinggal di rumah takutnya bangun kesiangan. Sedangkan pekerjaannya menuntut harus sudah siaga di atas pesawat minimal empat jam sebelum terbang," tuturnya.