Pentingnya Literasi Digital bagi Pelaku UMKM
JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika berkolaborasi dengan kementerian/Lembaga dan ekosistem digital untuk mendorong pelaku UMKM dapat memanfaatkan dan berjualan di platform digital. Salah satu pengguna e-commerce yang memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi sebagai media edukasi dan bisnis adalah kaum milenial.
Kegiatan NGOBRAS: Ngobrol Bareng Legislator yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Anggota DPR RI Komisi I pada Jumat, 10 Maret 2023 kali ini mengusung tema “Literasi Digital Bagi Pelaku UMKM”.
Dengan menghadirkan narasumber seperti Anggota Komisi I DPR RI Fadhlullah, Founder dan CEO of Bisatumbuh Chiko Maradona, dan Pemimpin Redaksi Harian Serambi Indonesia Zainal Arifin, NGOBRAS kali ini bertujuan masyarakat termasuk pelaku UMKM dan pengguna e-commerce dapat memahami manfaat lebih dari dunia digital terutama manfaat untuk perekonomian diri sendiri, keluarga hingga negara.
Anggota Komisi I DPR RI Fadhlullah mengatakan situasi bangkitnya perekonomian provinsi maupun negara disokong oleh pelaku UMKM.
“Majunya suatu daerah dapat diukur dari pelaku UMKM, selain dari Bandara dan penerbangannya. Sebagai contoh di daerah NTT ada UMKM yang memproduksi teh dari daun kelor, dengan packing yang apik kemudian dipasarkan melalui media online,” katanya dalam acara NGOBRAS pada Jumat, 10 Maret kemarin.
Sementara itu, Founder dan CEO of Bisatumbuh Chiko Maradona mengungkapkan permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UMKM mendorong dirinya mendirikan startup Bernama ‘Bisatumbuh’.
Chiko melihat adanya potensi di dunia market, seperti 93 persen konsumen berminat untuk terus menggunakan layanan e-commerce setelah pandemi, akses online pengguna e-commerce meningkat 110 persen menjadi 4,7 jam per hari serta pasar e-commerce yang mencatatkan pertumbuhan 22 persen yang menyentuh transaksi sebesar Rp48 triliun pada 2022.
“Kita adalah negara dengan UMKM terbesar di ASEAN yang memberikan kontribusi ke pendapatan bruto sebesar 61,97 persen atau senilai Rp85 triliun di 2020. Sayangnya hanya 21 persen yang sudah menjual online di e-commerce,” jelasnya.
Biasanya, pelaku UMKM menghadapi empat masalah utama yaitu menghitung kalkulasi laba rugi dengan produk yang memiliki harga kompetitif namun sesuai dengan target margin. Kedua yaitu tidak mengerti cara menjaga stok produk, ketiga kesulitan membuat simulasi kunjungan konsumen ke took, serta terakhir permasalahan mengenai data.
Baca juga:
Beberapa solusi dari permasalahan tersebut adalah perhitungan yang ideal, mempersiapkan produk yang memiliki nilai unik, strategi memberikan voucher bagi konsumen yang berkunjung, serta memonitoring kondisi toko seperti harga kompetitif dan jumlah konsumen baru.
Pemimpin Redaksi Harian Serambi Indonesia Zainal Arifin Mengatakan disrupsi digital mengubah segalanya seperti bidang kesehatan misalnya pendaftaran klinik atau rumah sakit dapat dilakukan secara online, bidang keuangan misalnya masyarakat mulai terbiasa menggunakan aplikasi banking, lalu bidang pendidikan serta bidang retail seperti contohnya kemunculan toko online dan platform e-commerce.
“Namun ruang digital ini kerap menimbulkan persoalan termasuk persaingan yang tidak sehat seperti hoax, saling menjelekkan, saling menyerang,” jelasnya.