Angka Kebocoran Air Pipa Tinggi, PAM Jaya Kehilangan Rp2,5 Triliun per Tahun
JAKARTA - Direktur Utama Perumda PAM Jaya Arief Nasrudin mengaku saat ini air yang tidak berekening atau non-revenue water (NRW) air PAM dari instalasi pengolahan air ke pelanggan mencapai 46,67 persen.
Salah satu bentuk NRW adalah kebocoran air pada pipa-pipa PAM Jaya yang tersambung sepanjang 12.075 kilometer di Jakarta. Kebocoran pipa PAM Jaya mencapai 80 persen dari NRW. Sementara, 20 persen sisanya karena pencurian air.
Arief mengungkapkan, dari kondisi itu, PAM Jaya mengalami kehilangan pendapatan mencapai triliunan rupiah.
"Kehilangan air atau NRW dalam setahun, angkanya secara ekuivalen rupiah bisa mencapai Rp2,5 triliun," kata Arief dalam diskusi di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis, 9 Maret.
Arief menjelaskan penyebab pipa PAM Jaya bisa mengalami kebocoran. Ia mengaku banyak pipa berusia tua. Bahkan, sudah ada pipa PAM Jaya yang dipasang sejak zaman Belanda.
Dia melanjutkan, sejatinya PAM Jaya berupaya untuk merevitalisasi pipa-pipa lama ini. Mengingat, kondisi ini menyebabkan air PAM yang dialirkan ke pelanggan menjadi tidak bisa diminum langsung.
Hanya saja, ada keterbatasan akses PAM Jaya dalam melakukan perbaikan pipa. Sebab, selama 25 tahun terakhir, PAM Jaya memiliki ikatan kerja sama pengelolaan air atau swastanisasi air dengan dua pihak swasta, yakni Palyja dan Aetra.
"Dua puluh lima tahun tahun kita hanya supervisi, hanya menonton, kemudian gak bisa buat banyak," ujar Arief.
Baca juga:
- Gerindra Respons Keakraban saat Panen Raya di Kebumen: Menunjukkan Jokowi Nyaman dengan Prabowo dan Ganjar
- Mendagri Singgung Kebiasaan Pemda Gelar Rapat di Hotel Boroskan Anggaran
- KPK Bakal Serahkan Data 134 Pegawai Pajak yang Punya Saham di Ratusan Perusahaan ke Kemenkeu
- Pemprov Jabar Terima Dana Hibah 10 Juta Dolar AS dari Korsel untuk eBRT
Kini, setelah swastanisasi air berakhir, PAM Jaya mulai menggencarkan revitalisasi pipa. Namun, Arief mengaku selama ini PAM Jaya tidak bisa begitu saja merevitalisasi pipa-pipa secara menyeluruh dalam waktu singkat.
Penyebabnya, ada potensi pelayanan air menjadi terganggu dalam proses pergantian pipa baru tersebut. Selain itu, pengerjaan pergantian pipa pun akan mengganggu kinerja lalu lintas.
"Ketika kita akan melakukan revitalisasi pipa secara keseluruhan, itu khawatirnya akan membuat chaos pembangunan pipa baru," tutur Arief.
"Jadi, saat ini saya akan coba memfokuskan membangun pipa yang baru terlebih dahulu dulu. Kalau tidak, lalu lintasnya padatnya luar biasa dan menimbulkan kemacetan gara-gara pembangunan pipa yang sangat panjang," imbuhnya.