Kebutuhan Mendesak Impor KRL, KAI: Ada Faktor Keselamatan yang Dipertimbangkan

JAKARTA - Kereta Commuter Indonesia (KCI) berencana untuk melakukan impor rangkaian kereta rel listrik atau KRL bekas dari Negeri Sakura Jepang. Rencana importasi ini didasari faktor keselamatan penumpang, mengingat ada rangkaian yang bakal pensiun dalam waktu dekat.

Berdasarkan data, KCI akan mendatangkan 10 rangkaian kereta atau trainset bekas dari Jepang untuk memenuhi kebutuhan operasional. Jika tidak dilakukan importasi, ratusan ribu pelanggan KRL Jabodetabek terancam bakal terlantar.

VP Public Relation KAI Joni Martinus menjelaskan pemenuhan kebutuhan impor kereta bekas dari Jepang adalah hal yang mendesak dan berkaitan dengan faktor keselamatan. Sebab, KAI tidak bisa memperpanjang masa pensiun dari trainset yang sedang digunakan.

“Sebenarnya kalau bicara gerbong itu harus dipensiunkan atau tidak lagi operasi, ini erat kaitannya dengan keselamatan, ada aspek keselamatan disitu ada faktor safety yang dipertimbangkan,” ujarnya kepada wartawan di Stasiun Bandung, Senin, 6 Maret.

Joni menjelaskan jika ada sejumlah rangkaian yang pensiun dan tak segera diganti, maka kapasitas angkutnya bakal berkurang. Karena itu, kata Joni, rencana importasi pun disampaikan KCI kepada pemerintah.

“Karena berkaitan dengan kapasitas angkut. Kita ingin pelayanan tetap baik. Kita melihat kebutuhan masyarakat ke KRL ini tinggi, maka kita harus jaga itu. Maka KCI minta izin impor kereta,” ucapnya.

Di sisi lain, Joni mengaku mendukung penggunaan kereta produk dalam negeri buatan INKA. Hanya saja, untuk KRL pertimbangannya adalah mengenai kebutuhan mendesak.  Menurut Joni, impor pun menjadi opsi yang bisa dilakukan dengan segera.

“KRL juga sebenarnya harus (produk) dalam negeri, tapi (pengadaannya) gak bisa cepat, butuh 2-3 tahun, sementara kebutuhan KRL gak bisa ditunda,” jelasnya.