Edukasi Gizi demi Cegah Obesitas Dimulai sebelum Menikah
JAKARTA - Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia dr Diana F. Suganda, M.Kes, SpGK mengatakan edukasi gizi dalam keluarga demi mencegah anak terkena obesitas bisa dimulai sejak sebelum calon orangtua menikah.
Edukasi ini juga bertujuan agar calon orang tua memiliki ilmu gizi cukup ini dilanjutkan saat wanita calon orangtua hamil, melahirkan dan seterusnya.
“Masuk fase MPASI, pastikan orangtua memahami bahwa anak butuh makan dalam bentuk gizi seimbang. Makan sesuai kebutuhan bukan keinginan si anak atau keinginan orangtua,” kata Diana melalui keterangan tertulis, Minggu.
Diana mengingatkan, komposisi gizi seimbang yang dibutuhkan anak berupa karbohidrat, protein hewani dan protein nabati, serta zat gizi mikro lainnya. Pastikan makan sesuai kebutuhan anak dan kelompok usia tumbuh kembangnya.
“Prinsipnya makan dengan kebutuhan kalori sesuai kelompok usia. Orang tua harus paham hal ini untuk menghindari asupan kalori berlebih pada anak sehingga terhindar dari risiko obesitas,” ujar Diana, mengutip Antara, Minggu.
Selain memilih jenis makanan, sebaiknya perhatikan juga cara memasaknya. Dia menyarankan orangtua mengurangi memasak makanan dengan cara digoreng, misalnya cukup satu hingga dua kali sepekan.
Selebihnya coba atur cara memasak dengan ditumis, sop bening, pepes, panggang. Menurut Diana, semua cara itu sangat efektif mengurasi asupan kalori si anak.
“Hindari makanan olahan dan makanan frozen, kaleng, snack. Kenalkan anak pada makanan segar dan olahan sendiri. Daripada makan nugget mending makan ayam, daripada sosis mending masak daging cincang. Pilih makanan segar seperti buah-buahan dan sayuran segar,” papar dr Diana.
Sementara itu, dokter spesialis anak konsultan endokrinologi, dr. Frida Soesanti SpA(K) menyarankan, demi mencegah anak mengalami obesitas, orangtua perlu memantau tumbuh kembang anak sejak dilahirkan. Pemantauan ini meliputi pengukuran tinggi dan berat badan anak secara rutin, minimal saat datang untuk imunisasi.
Baca juga:
Saat anak mengalami kenaikan berat badan yang tidak wajar, pastikan proporsi dengan tinggi badannya seimbang.
Frida mengatakan, kriteria obesitas pada anak berbeda dengan orang dewasa. Pada orang dewasa, nilai indeks massa tubuh (IMT) atau BMI ditentukan dengan angka. Tetapi pada anak, digunakan kurva pertumbuhan karena memperhitungkan penambahan tinggi badan.
"Jika berat badan anak menurut tinggi badannya lebih dari 120 persen maka sudah termasuk obesitas,” tutur dia.
Frida menambahkan, penanganan obesitas pada anak memerlukan kerjasama seluruh anggota keluarga. Menurut dia, pemahaman gizi penting dan minimal orangtua harus memahami makanan mana yang sehat dan makanan yang harus dibatasi untuk anak.