Biden-Scholz Bertemu di Gedung Putih Bahas Bantuan ke Ukraina
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Kanselir Jerman Olaf Scholz bertemu pada Jumat waktu setempat di Gedung Putih guna membahas bantuan untuk Ukraina dan menekankan tekad kedua negara untuk membebankan kerugian akibat perang kepada Rusia.
“Presiden Joseph R. Biden menyambut Kanselir Jerman Olaf Scholz di Gedung Putih hari ini untuk menegaskan hubungan bilateral erat antara AS dan Jerman,” kata Gedung Putih sebagaimana dilansir ANTARA dari Anadolu-Oana, Sabtu, 4 Maret.
Menurut Gedung Putih, pada satu tahun serangan brutal Rusia kepada Ukraina, kedua pemimpin membahas upaya memberikan bantuan keamanan, kemanusiaan, ekonomi dan politik kepada Ukraina dan pentingnya menjaga solidaritas global bersama masyarakat Ukraina.
"Mereka menegaskan lagi komitmen membebankan biaya kepada Rusia atas serangan yang dilakukannya selama diperlukan," sambung Gedung Putih.
Kedua pemimpin juga berbagi pandangan mengenai isu global.
Baca juga:
- Kapolri Jelaskan Awal Mula Kebakaran Depo Plumpang, Terjadi Tekanan Berlebih Saat Pengisian Pertamax
- Wapres Minta Depo Pertamina Direlokasi ke Pelabuhan Pelindo
- AS dan Jerman Kompak Janjian Terus Sanksi Rusia atas Perang di Ukraina
- Meta Perpanjang Durasi Reels di Facebook Jadi 90 Detik Sekaligus Hadirkan Fitur Baru
Biden mengadakan pembicaraan tertutup dengan Scholz saat negara-negara NATO berusaha menguatkan persatuan di tengah tantangan-tantangan global, terutama Ukraina.
Dalam pidato singkat di depan wartawan, Biden berterima kasih kepada Scholz untuk ‘perubahan bersejarah di dalam negeri’, dengan menunjuk kenaikan belanja pertahanan akibat invasi Rusia di Ukraina serta upayanya dalam beralih dari pasokan energi Rusia.
Scholz mengatakan sangat penting kedua negara melangkah bersama dalam merespons perang Rusia yang saat ini memasuki tahun kedua.
“Kami membuat segalanya bisa dilakukan bahwa kita bisa memberi dukungan dibutuhkan bagi Ukraina,” ucap Scholz.
Ini adalah kunjungan kedua Scholz sejak Biden menjabat presiden. Kedua negara menggambarkan lawatan ini sebagai kunjungan kerja pada masa sulit.