Raup Dana Rp552 Miliar dari IPO, Hillcon Alokasikan Dana untuk Geber Produksi Nikel

JAKARTA - PT Hillcon Tbk (HILL) secara resmi mencatatkan saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu 1 Maret 2023. Melalui IPO, perusahaan meraup dana segar senilai Rp552,8 miliar.

Dengan menerbitkan saham dengan harga penawaran sebesar Rp1.250 per saham sebanyak 442 juta saham baru atau sebanyak 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan.

Direktur Keuangan Hillcon, Jaya Angdika mengatakan, dana hasil IPO akan digunakan untuk mendukung perkembangan bisnis Hillcon dalam mengembangkan industri nikel di Indonesia.

"Dana 55 persen untuk modal kerja terkait dengan biaya produksi penambangan, termasuk diantaranya biaya terkait bahan bakar, biaya overhead, pemeliharaan seluruh alat-alat berat," ujarnya kepada media di Bursa Efek Indonesia, Rabu, 1 Maret.

Sementara sisa dana sebesar 45 persen akan digunakan untuk belanja modal yang terdiri atas pembelian alat-alat untuk mendukung kegiatan operasional HS yaitu berupa alat berat (main fleet dan supporting fleet) beserta sarana penunjang lainnya.

Adapun di tahun 2023 Hillcon menargetkan memproduksi 15 juta ton bijih nikel.

Target ini meningkat dari capaian tahun 2022 yang berhasil memproduksi 9 juta metrik ton nikel.

"Kan saat ini 9 juta metrik ton nanti tahun ini kita harapkan bisa 15 juta metrik ton. Kita harapkan bisa terus bertambah terus,” imbuh Jaya.

Jaya menambahkan, perseroan juga menargetkan pendapatan hingga Rp6 triliun di tahun 2023 dan laba bersih sebesar Rp800 miliar.

Asal tahu saja, sebagai produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia diprediksi akan memproduksi sekitar 1,2 juta ton nikel pada tahun 2022 atau setara dengan 37,5 persen dari total produksi global.

Indonesia juga merupakan produsen stainless steel terbesar kedua di dunia setelah China.

Dalam hal cadangan nikel terbukti, Indonesia memiliki pangsa sebesar 22 persen atau setara dengan 21 juta ton nickel metal, dan diprediksi akan tetap menjadi penyumbang terbesar pasokan bijih nikel dan nikel jadi di dunia dengan perkiraan pangsa pasar mencapai 38 persen pada tahun 2024.

Industri nikel merupakan salah satu sektor yang tumbuh pesat di Indonesia.

Produk nikel saat ini mengalami permintaan yang sangat tinggi, terutama dalam bentuk feronikel dan NPI (nickel pig iron).

Indonesia juga mengekspor Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang kemudian diolah lebih lanjut menjadi nickel sulphate, bahan utama pembuatan baterai mobil listrik (electric vehicle/EV).

Dalam perkembangannya, sektor nikel Indonesia diperkirakan akan meningkatkan kapasitas produksinya untuk memproduksi baterai EV di dalam negeri sehingga dapat memberikan peningkatan permintaan nikel domestik di Indonesia.