Pasca IPO, Bos Pertamina Geothermal Energi Pede Kinerja Moncer

JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) Ahmad Yuniarto yakin kinerja PGE akan mengalami peningkatan setelah melakukan Initial Public Offering (IPO) pada Jumat 24 Februari. Diketahui, melalui IPO tersebut anak usaha PT Pertamina Persero ini berhasil meraup dana segar sebesar Rp9,05 triliun.

"Kita berharap kinerja baik yang terjaga selama ini akan kita teruskan di masa mendatang dan semakin baik lagi," ujarnya dalam konferensi pers yang dikutip Jumat 25 Februari.

Lebih jauh ia menjelaskan, selama sembilan bulan pertama di tahun 2022, PGE mampu membukukan pendapatan 287,4 juta dolar AS dan menghasilkan laba bersih 111,4 juta dolar AS.

"Dan tentu saja jajaran direksi akan melanjutkan kinerja baik dari kegiatan pengusahaan dan pembangkitan panas bumi," imbuh Ahmad.

Senada dengan Ahmad Yulianto, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Mansyuri mengatakan, secara historis, pendapatan PGE selalu meningkat pada 5 sampai 10 persen setiap tahun. Selain peningkatan pendapatan, Pahala juga melihat pengembangan yang dilakukan PGE sehingga ia yakin PGE dapat terus tumbuh ke depannya.

"Tentunya ini juga memungkinkan adanya pertumbuhan dari pendarpatan dan juga EBITDA serta laba. Saya sudah menyampaikan, PGE sebagai suatu perusahaan energi merupakan perusahaan energi dengan EBITDA margin yang boleh dibilang terbaik untuk saat ini," kata dia.

Asal tahu saja, dengan pendapatan sebesar 287 dolar AS, PGE memiliki EBITDA sebesar 244 juta dolar dan EBITDA margin mendekati 70 persen.

"Kalau kita lihat dari sisi profitabilitas baik, dari sisi pengembangan dan jumlah kapasitas juga baik. Dari sisi potensi pertumbuhannya juga baik," pungkas Pahala.

Berdasarkan informasi dan data dari prospektus, kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan kuat dari sekitar 2,8GW di tahun 2022 menjadi sekitar 6,2GW di tahun 2030, dengan CAGR sekitar 10,4 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata global pada CAGR sekitar 3,9 persen dalam periode yang sama.

Pada tahun 2030, Indonesia akan memiliki kapasitas panas bumi terbesar di dunia dengan menyumbang sebesar 28 persen dari proyeksi kapasitas panas bumi bersih secara global. Pertumbuhan ini didukung oleh potensi sumber daya panas bumi Indonesia yang signifikan, pertumbuhan permintaan pasar yang pesat serta dukungan kebijakan sebagai bagian utama dari roadmap pemerintah untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.

PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, kapasitas sebesar 672 MW dikelola langsung (own operation) dan 1.205 MW melalui skema Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract). Adapun kapasitas PLTP 672 MW yang dikelola langsung oleh PGE berasal dari 6 Wilayah Kerja Panas Bumi, yaitu Kamojang di Jawa Barat 235 MW, Karaha di Jawa Barat 30 MW, Lahendong di Sulawesi Utara 120 MW, Ulubelu di Lampung sebesar 220 MW, Lumut Balai di Sumatera Selatan 55 MW dan Sibayak di Sumatera Utara 12 MW.