Joe Biden: Barat Tidak Berencana Menyerang Rusia, Presiden Putin Memilih Perang Ini

JAKARTA - Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Hari Selasa, Ukraina "tetap kuat" setahun setelah invasi Rusia dan Moskow tidak akan pernah mengalahkannya, berbicara beberapa jam setelah Kremlin menangguhkan perjanjian pengendalian senjata nuklir karena dukungan Barat untuk Kyiv.

Pernyataan Presiden Biden, dalam sebuah pidato di Kastil Kerajaan Warsawa di Polandia setelah kunjungan mendadak ke Ukraina, menanggapi pidato Presiden Rusia Vladimir Putin yang tidak lama sebelumnya bersumpah, Moskow akan mencapai tujuannya di Ukraina dan menuduh Barat berencana untuk menghancurkan Rusia.

Menuduh Amerika Serikat telah mengubah perang Ukraina menjadi konflik global, Presiden Putin mengatakan Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian New START.

Ia juga mengumumkan bahwa sistem-sistem strategis baru telah disiapkan untuk tugas tempur, serta mengancam akan melanjutkan uji coba nuklir.

Dengan peringatan invasi yang akan jatuh pada 24 Februari, Presiden Biden menyatakan dukungan "tak tergoyahkan" untuk Kyiv dan komitmen untuk memperkuat sisi timur NATO yang berhadapan dengan Rusia, sambil menolak anggapan Moskow bahwa Barat berencana untuk menyerang Rusia.

"Satu tahun yang lalu, dunia bersiap-siap menghadapi kejatuhan Kyiv," kata Presiden Biden, melansir Reuters 22 Februari.

"Saya dapat melaporkan: Kyiv berdiri kokoh, Kyiv berdiri dengan bangga, berdiri tegak dan, yang paling penting, Kyiv berdiri bebas," lanjutnya.

"Ketika Presiden Putin memerintahkan tank-tanknya untuk masuk ke Ukraina, ia mengira kami akan terguling. Dia salah," ungkapnya,

"Nafsu seorang otokrat tidak bisa ditenangkan. Mereka harus dilawan. Para otokrat hanya mengerti satu kata: tidak, tidak, tidak. Tidak, Anda tidak akan mengambil negara saya," tandasnya.

Dia tidak menyebutkan penangguhan START Rusia dalam pidatonya, tetapi mengatakan Washington dan sekutunya tidak berusaha mengendalikan atau menghancurkan Rusia melalui solidaritas mereka dengan Kyiv.

"Barat tidak berencana untuk menyerang Rusia, seperti yang dikatakan Putin hari ini... Perang ini tidak pernah menjadi sebuah keharusan. Ini adalah sebuah tragedi. Presiden Putin memilih perang ini," papar Presiden Biden.

Diketahui, sekutu NATO dan pendukung lainnya telah mengirim Ukraina persenjataan perang dan amunisi senilai puluhan miliar dolar, dengan tank-tank tempur modern yang dijanjikan. Beberapa pihak mempertimbangkan permintaan Kyiv untuk membeli jet tempur dan rudal jarak jauh.

Di sisi lain, Rusia mengalami tiga kali kekalahan besar di medan perang di Ukraina tahun lalu, namun masih menguasai sekitar seperlima wilayah tetangganya dan tampaknya akan terus melancarkan serangan ke wilayah timur.