Menlu China Minta Negara-negara Tertentu Berhenti Menyulut Api Konflik Rusia-Ukraina, Singgung Amerika Serikat?
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Qin Gang mengatakan, China khawatir konflik Ukraina bisa menjadi tidak terkendali, meminta beberapa negara untuk berhenti "menyulut api".
Beijing, yang tahun lalu menjalin kerja sama tanpa batas dengan Moskow, memilih menahan diri untuk tidak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Amerika Serikat telah memperingatkan akan adanya konsekuensi-konsekuensi jika China memberikan dukungan militer kepada Rusia, yang menurut Beijing tidak akan dilakukannya.
"Kami mendesak negara-negara tertentu untuk segera berhenti menyulut api," kata Menlu Qin dalam sebuah pidato, mengacu pada konflik Ukraina dan dalam komentar yang tampaknya ditujukan pada Amerika Serikat, melansir Reuters 21 Februari.
"Kami berdiri teguh menentang segala bentuk hegemoni, menentang segala campur tangan asing dalam urusan-urusan China," sambungnya.
Pada Hari Selasa, China merilis sebuah makalah tentang Inisiatif Keamanan Global (GSI), proposal keamanan andalan Presiden Xi Jinping yang bertujuan untuk menegakkan prinsip "keamanan yang tak terpisahkan", sebuah konsep yang didukung oleh Rusia.
Pada Hari Senin, diplomat tertinggi Tiongkok Wang Yi menyerukan penyelesaian yang dinegosiasikan untuk perang Ukraina, saat singgah di Hongaria menjelang kunjungan ke Moskow.
Di hari yang sama, Presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan mendadak ke Kyiv untuk menunjukkan solidaritas, menjanjikan bantuan militer baru senilai 500 juta dollar AS kepada Ukraina dan sanksi tambahan terhadap para elite Rusia yang akan diumumkan secara penuh minggu ini.
Beijing telah menahan diri untuk tidak mengutuk operasi Moskow terhadap Ukraina atau menyebutnya sebagai invasi sejalan dengan Kremlin, yang menggambarkan perang ini sebagai "operasi militer khusus" yang dirancang untuk melindungi keamanan Rusia.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken memperingatkan pada Hari Sabtu, Amerika Serikat sangat prihatin bahwa China sedang mempertimbangkan untuk memberikan "bantuan mematikan" kepada Rusia, yang ia katakan kepada Wang "akan memiliki konsekuensi serius dalam hubungan kita (China-AS)."
"Ada berbagai jenis bantuan mematikan yang setidaknya sedang mereka pertimbangkan untuk diberikan, termasuk senjata," sebut Menlu Blinken dalam sebuah wawancara dengan NBC News, menambahkan Washington akan segera merilis lebih banyak rincian.
Baca juga:
- Sebut Dewan Keamanan PBB Tidak Boleh Bersikap Diam Mengenai Rudal Korea Utara, AS: Ini Berbahaya
- Ada Pejabat Rusia Sengaja Tidak Memberikan Amunisi yang Cukup untuk Anggotanya, Bos Wagner: Ganggu Upaya Memenangkan Perang
- Badan Intelijen Sebut Rusia Menargetkan Infrastruktur Laut Utara Belanda
- Gempa Bumi Kembali Guncang Perbatasan Turki-Suriah: Berkekuatan 6,4 SR, Terasa hingga ke Mesir dan Lebanon
Dikatakan, setiap pasokan senjata dari Tiongkok ke Rusia akan berisiko pada eskalasi perang Ukraina menjadi konfrontasi antara Rusia dan Tiongkok di satu sisi, dengan Ukraina serta aliansi militer NATO yang dipimpin oleh Amerika Serikat di sisi lain.
Sementara, Beijing telah berulang kali menuduh Washington meningkatkan konflik dengan memasok senjata ke Ukraina. Pada Hari Minggu dalam sebuah pertemuan dengan Blinken di sela-sela Konferensi Keamanan Munich, Wang mengatakan AS "seharusnya mempromosikan solusi politik untuk krisis ini, dan bukannya menambahkan bahan bakar ke dalam api".