Praktisi Migas Ragukan Target Pemerintah Capai Lifting 1 Juta Barel di 2030

JAKARTA - Praktisi minyak dan gas bumi (migas) Hadi Ismoyo pesimistis dengan target 1 juta barel pada tahun 2030 yang dicanangkan pemerintah. Pasalnya target ini sulit tercapai karena tren lifting migas dari tahun ke tahun tidak tercapai.

Diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan realisasi lifting minyak tahun 2022 mencapai 612 MBOPD.

Realisasi lifting minyak bumi tercatat lebih rendah dari target 2022 sebesar 703 MBOEPD.

"Terus terang program 1 juta barel ini bagus tapi semakin lama saya rasa kok semakin sulit mencaai 1 juta barel di 2030," ujar Hadi dalam Energy Corner yang dikutip Selasa, 14 Februari.

Hadi mengatakan setidaknya ada 3 hal yang menjadi faktor antara lain eksisting, EOR dan eksplorasi.

Terkait eksisting, lanjut Hadi, dirinya menekankan pemerintag perlu mempertahankan cadangan yang ada yang diperkirakan hanya mencapai 200.000 barel per hari hingga 2030.

Sementara itu terkait Enhanced Oil Recovery atau EOR, menurutnya progam ini masih mandek karena tidak ada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang akan menggarap EOR.

EOR merupakan metode dalam mendorong peningkatan produksi minyak bumi dengan menginjeksikan sumber energi eksternal.

"EOR kita ini mandek. Tahun lalu November ada proposal dari KKKS masuk malah ditolak. Katanya kurang ini kurang itu. Sampai sekarang belum jelas. Mandek lagi," imbuh Hadi.

Padahal menurut dia, EOR merupakan tulang punggung yang dikiliki Indonesia untuk meningkatkan produksi migas.

"Sampai saat ini saya tidak punya harapan dengan EOR ini karena mundur terus," lanjut Hadi.

Terakhir, lambanya eksplorasi oleh pemerintah sementara cadangan dan lifting tiap tahun semakin menurun. Padahal proses eksplorasi membutuhkan waktu yang lama tergantung kesulitan. Ia mencontoh eksplorasi blok baru seperti Warim dan Seram yang bisa memakan waktu 5 sampai 15 tahun.

"Yang jelas kalau Warim dan Seram itu kesulitannya sangat tinggi. Butuh 5-10 tahun dan engga gampang itu, jadi kita harus fokus," beber Hadi.

Dirinya juga mengkritisi keputusan pemerintah yang terus mendorong Pertamina mengambil alih blok Masela yang notabene merupakan lapangan gas dan bukan minyak. Ia menilai pemerintah tidak fokus dalam mencari cadangan minyak padahal Indonesia tengah mengalami krisis.

"Kalau kita mau 1 juta barel pemerintah harus fokus pada oil dan investasikan duit banyak untuk cari minyak. Sekarang pemeirntah malah iming iming Pertamina untuk mausk masela. Ini kan engga fokus. Masela itu gas sedangkan kita mau cari minyak," lanjut Hadi

Hadi bilang faktor kedua dan ketiga masih perlu dibenahi dan harus menjadi perhatian pemerintah agar lifting 1 juta barel per hari di 2030 bisa tercapai.

"(Faktor) kedua dan ketiga ini masih banyak yang perlu diperbaiki ke depan sehingga saya pesimis sekali 1 juta barel 2030 tercapai. Mungkin akan ada giant discovery tapi akan meleset dari 2030," pungkas Hadi.