Sempat Hilang dan Kembali Muncul di Pasar, Harga Tahu Tempe di Jakarta Naik 20 Persen
JAKARTA - Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI mengecek ketersediaan dan harga tahu-tempe di sejumlah pasar tradisional hingga swalayan di Jakarta.
Setelah mengalami kelangkaan pada tanggal 1 hingga 3 Januari lalu, tahu-tempe kembali dijual di pasar. Namun, harganya melonjak sebesar 20 persen dari biasanya.
"Pada tanggal 4 Januari 2021, DKPKP melakukan pemantauan tahu tempe di pasar tradisional dan tahu tempe sudah ada dipasar dengan penyesuaian harga. Kenaikan harga tahu tempe sekitar Rp2.000 atau 20 persen," kata Plt. Kepala Dinas KPKP, Suharini Eliawati dalam keterangannya, Selasa, 5 Januari.
Berdasarkan pemantauannya, meningkatnya harga tahu-tempe diakibatkan meningkatnya harga kedelai impor dari Rp7.000 per kilogram menjadi Rp9.500 per kilogram.
Dampaknya, pada tanggal 1 hingga 3 Januari 2021 perajin tahu tempe melakukan penghentian produksi. Hal inilah yang mengakibatkan "hilangnya" tahu tempe di pasar-pasar.
"Penghentian produksi tersebut memberikan pemahaman pada publik bahwa terjadi kenailan harga bahan baku atau kedelai," ucap Suharini.
Baca juga:
Suharini menyebut, kenaikan kedelai impor adalah dampak dari kenaikan harga kedelai dunia. Harga kedelai dunia naik akibat China memborong kuota impornya sebesar 60 persen dari Amerika Serikat.
Oleh sebab itu, kuota impor kedelai dari AS yang disuplai ke Indonesia makin menipis. Sehingga, hal ini memberi dampak kelangkaan kedelai sebagai bahan baku tahu tempe di Tanah Air.
Untuk menekan kembali harga tahu tempe di pasar, Dinas KPKP DKI akan menyuplai kedelai lokal. "Menyikapi hal itu maka pemerintah akan menonjolkan kedelai lokal yang saat ini baru mencukupi 30 persen kebutuhan kedelai dalam antisipasi kebutuhan kedelai impor," tutur Suharini.