Perajin Tahu Lebak Siasati Harga Kedelai Melonjak: Ukurannya Dibuat Mengecil

JAKARTA - Perajin tahu di Kabupaten Lebak, Banten kembali memproduksi setelah tiga hari terakhir melakukan aksi mogok menyusul terjadi kenaikan harga kedelai di pasaran. 

"Kami menyiasati produksi diperkecil agar tetap bisa berjualan dan sedikit untung setelah harga kedelai melonjak," kata Herman, seorang perajin tahu di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, dilansir Antara, Selasa, 5 Januari.

Harga kedelai di pasar sejak sepekan terakhir yang cukup mahal membuat perajin tahu terpukul dan terpaksa menghentikan produksi agar pemerintah bisa kembali menstabilkan kedelai.

Sebab, jika harga kedelai itu tidak distabilkan dikhawatirkan perajin terancam gulung tikar.

Saat ini, harga kedelai sudah menembus Rp470 ribu dari sebelumnya Rp370 ribu/karung seberat 50 kilogram per karung.

"Naiknya cukup tinggi hingga mencapai Rp100 ribu," katanya menjelaskan.

Ia pun memutar otak agar usahanya berlangsung dan dapat meraup keuntungan dengan memperkecil satuan tahu yang dijual ke konsumen.

Apabila produksi tidak diperkecil dipastikan rugi, karena konsumen cukup keberatan jika harga tahu dinaikkan.

"Kami bingung jika tidak diperkecil ukurannya dipastikan gulung tikar," katanya.

Begitu juga Soleh (55), seorang warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengatakan kini mengurangi penjualan yang awalnya satu kemasan dengan isi sebanyak 10 satuan tahu.

Namun, kini dikurangi menjadi 8 satuan dengan harga jual sebesar Rp10 ribu.

Selama ini, harga kedelai sebagai bahan baku tahu sudah melonjak yang awalnya Rp7.500 per kilogram kini harganya menjadi Rp 9.000/kilogram.

"Kami yakin harga kedelai impor tidak akan menurun sehubungan pandemi COVID-19 itu," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Dedi Rahmat mengajak perajin tahu dan tempe agar tetap bertahan untuk memproduksi usaha karena kenaikan kedelai tersebut tidak berlangsung lama.

Saat ini, pemerintah telah melakukan intervensi agar harga kedelai kembali stabil sehingga perajin tahu dan tempe kembali memproduksi dan bisa meraup keuntungan.

"Kami sudah melaporkan aksi mogok tahu dan tempe agar cepat ditangani oleh pemerintah pusat dan provinsi," katanya.