Bagikan:

BANTEN - Anggota DPRD Kabupaten Lebak Musa Weliansyah mendesak pemerintah segera memberikan subsidi harga kedelai impor agar perajin tahu tempe tetap produksi dan bisa memenuhi konsumsi masyarakat.

"Kami berharap pemerintah dapat merealisasikan subsidi kedelai itu, " kata Musa Weliansyah saat dihubungi di Lebak, Sabtu 19 Februari.

Saat ini, perajin industri tahu tempe di Kabupaten Lebak merasa terpukul dengan melonjaknya harga kedelai impor di pasaran, sehingga mengancam usaha mereka 'gulung tikar'.

Para perajin tahu tempe yang kebanyakan dikelola usaha rumahan merugi usai harga kedelai melambung, sebab harga kedelai saat ini di pasaran hampir dua kali lipat.

Bahkan, perajin tahu tempe di Kabupaten Lebak terpaksa para pekerja dirumahkan untuk menghindari biaya produksi, terlebih saat ini di tengah pandemi.

Kedelai impor sebagai bahan baku produksi tahu tempe agar tetap produksi dan bisa memenuhi konsumsi masyarakat.

Selama ini, produksi tahu tempe itu sudah menjadikan kebutuhan bahan pokok dan harganya pun terjangkau dari kalangan masyarakat miskin.

"Kami minta pemerintah segera memberikan subsidi kedelai agar harga kedelai kembali normal," kata Politisi PPP Lebak.

Menurut dia, pemerintah harus segera turun tangan dan duduk bersama dengan Asosiasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia untuk memberikan subsidi kedelai impor dibandingkan pemerintah menggulirkan BLT Rp600 ribu dan Program Sembako.

Apabila, mereka melakukan aksi mogok secara nasional ,tentu seolah-olah pemerintah tidak hadir.

Dengan demikian, pihaknya berharap harga kedelai bisa kembali terjangkau oleh perajin tahu tempe.

"Kami mendukung harga kedelai impor disubsidi, " kata Ketua Fraksi PPP DPRD Lebak.

Ia juga mengatakan, Kementerian Pertanian dapat memfokuskan program swasembada kedelai, karena Indonesia memiliki lahan yang luas, sehingga tidak ketergantungan lagi impor kedelai.

Produksi kedelai lokal cukup berkualitas untuk bahan baku tahu tempe.

Karena itu, Kementerian Pertanian hingga ke daerah agar serius memfokuskan pertanian kedelai seperti pada pertanian pangan dengan memberdayakan kelompok- kelompok tani juga petani perorangan.

"Kami meyakini Indonesia mampu berswasembada kedelai, " katanya menjelaskan.

Sementara itu, Mad Soleh, seorang perajin tahu warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku dirinya kini terpukul dengan melonjaknya harga kedelai impor hampir dua kali lipat.

Harga kedelai saat ini menembus Rp570 ribu per 50 kilogram, padahal harga sebelumnya Rp300 ribu.

Kenaikan harga kedelai itu tentu para perajin tahu terancam gulung tikar, terlebih harga minyak goreng juga naik.

Sebagian besar perajin tahu di sini memproduksi tahu goreng dan dijual eceran,sehingga terpaksa usaha jual rugi bukan jual untung.

"Kami berharap pemerintah dapat melakukan intervensi dengan memberikan subsidi kedelai," katanya menjelaskan.