Permintaan Ekspor Menurun, DMSI Sebut 6 Juta Ton CPO RI Menumpuk
JAKARTA - Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) menyebut, ekspor minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) mengalami penurunan permintaan dari luar negeri.
Plt. Ketua DMSI Sahat Sinaga menyebut, minimnya ekspor tersebut menyebabkan CPO di dalam negeri menumpuk. Jumlah CPO yang menumpuk itu sebanyak 6,17 ton dari seluruh Indonesia dan merupakan pasokan yang siap ekspor sejak November 2022 hingga Januari 2023.
"Pengusaha itu punya tunggakan PE 6,17 ton, 6,17 ton itu tidak dijadikan bahan ekspor. Sebanyak 6,17 ton itu tidak mau diekspor karena lagi resesi," kata Sinaga kepada wartawan di Jakarta, Selasa, 7 Februari.
Pada kesempatan itu, Sahat juga menyinggung pernyataan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang meminta agar produsen menyimpan sebagian pasokan CPO-nya. Sahat menilai, produsen saat ini memang masih sulit mengekspor.
Baca juga:
"Dikatakan jangan dulu ekspor, memang market-nya lagi lemah. Dikatakan hold dulu, jangan diekspor," ujarnya.
Lebih lanjut, kata Sahat, di sisi lain jika tidak ada ekspor, kondisi pasar akan runyam. Oleh karena itu, Sahat menyarankan pemerintah untuk memberikan insentif bagi produsen CPO berupa penghentian sementara Bea Keluar (BK) sebesar 52 dolar AS per ton, sehingga para produsen bisa melakukan ekspor.
"Itu artinya kalau (Indonesia) tidak ekspor, ini semua runyam. Jadi, ekspor itu jangan dihalangi, supaya tidak dihalangi, maka perlu pengorbanan Kemenkeu, yaitu bea keluarnya yang sekarang itu 52 dolar AS per ton, sementara ditunda dulu sampai Lebaran selesai," tandasnya.