3.700 Korban Gempa M 7,8 Turki Meninggal, Muhammadiyah Segera Terbangkan Relawan Medis ke Wilayah Terdampak
JAKARTA - Muhammadiyah segera mengirim relawan medis darurat ke wilayah terdampak ihwal gempa magnitudo (M) 7,8 mengguncang Turki, pada Senin, 6 Februari.
Tim yang akan dikirim Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dengan misi membantu penanganan korban gempa bumi di Turki.
"Sebanyak 29 relawan dalam keadaan siaga dan siap berangkat," kata Ketua MDMC Budi Setiawan, Selasa 7 Februari, disitat Antara.
Menurut Budi, tim medis darurat yang akan diberangkatkan ke Turki meliputi lima dokter emergensi, dua dokter bedah ortopedi, tujuh perawat, dua apoteker, satu bidan, satu psikolog, satu petugas keamanan, tujuh petugas logistik, satu administratur medis, satu petugas dokumentasi, dan satu petugas penghubung.
Ia mengatakan, pemberangkatan tim relawan medis Muhammadiyah ke Turki dilakukan berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait seperti Kementerian Luar Negeri, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Baca juga:
- Susi Air Cek Kemungkinan Sabotase Usai Pesawatnya Diduga Dibakar di Nduga Papua Tengah
- Kasus Dugaan Polisi Peras Polisi, Bripka Madih Bohong Soal Luas Tanah Orang Tuanya 3.600 Meter
- Harap Keluarga WNI di Tanah Air Tak Cemas, KBRI Sebut Tidak Semua Wilayah Turki Terdampak Gempa M 7,8
- Susi Air Pastikan Terbakarnya Pesawat di Nduga Papua Tengah Tak Terkait Kerusakan
Budi menyampaikan, anggota tim medis darurat Muhammadiyah pernah membantu penanganan korban gempa bumi di Nepal dan baru saja pulang dari misi penanganan penyintas banjir di Pakistan bersama Tim Kesehatan Republik Indonesia untuk penanganan dampak banjir Pakistan.
"Atas musibah gempa yang menimpa Turki dan Suriah, MDMC mengajak masyarakat, terutama warga persyarikatan, untuk ikut meringankan beban para penyintas dengan berdonasi melalui LazisMu," kata Budi.
Berdasarkan laporan Reuter, gempa M 7,8 di Turki dan Suriah pada Senin 6 Februari, telah menyebabkan sekitar 3.700 orang meninggal.