Amerika Serikat Kini Bisa Akses Sembilan Pangkalan Militer Filipina, China: Bahayakan Perdamaian dan Stabilitas Kawasan

JAKARTA - China mengkritik langkah Filipina untuk memperbesar akses Amerika Serikat ke pangkalan militer miliknya, sebagai langkah yang membahayakan perdamaian dan stabilitas kawasan.

Amerika Serikat akan diberi akses ke empat lokasi lagi berdasarkan Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA) 2014, kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan Filipina Carlito Galvez dalam konferensi pers bersama di markas militer Filipina di Manila.

Situs tambahan di bawah EDCA menjadikan Amerika Serikat kini bisa mengakses sembilan pangkalan militer Filipina. Washington telah mengalokasikan lebih dari 82 juta dolar AS untuk infrastruktur di lokasi yang ada.

Menanggapi hal ini, China mengatakan akses AS yang lebih besar ke pangkalan militer Filipina merusak stabilitas regional dan meningkatkan ketegangan.

"Ini akan meningkatkan ketegangan, membahayakan perdamaian dan stabilitas di kawasan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam pengarahan rutin, mengutip situs resmi kementerian Kamis 2 Februari.

Mao Ning mengatakan, Tiongkok memiliki keyakinan yang konsisten, bahwa kerja sama pertahanan dan keamanan antar negara harus kondusif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan, tidak ditargetkan atau merugikan kepentingan pihak ketiga mana pun.

"Pihak AS, karena kepentingan egoisnya, berpegang pada mentalitas zero-sum dan terus memperkuat pengerahan militer di Asia-Pasifik," kritik Mao Ning.

"Negara-negara kawasan harus tetap waspada tentang ini dan menghindari digunakan oleh AS," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, kesepakatan pemberian akses yang lebih luas bagi militer Amerika Serikat, diumumkan oleh Menteri Austin dan Galvez.

"Aliansi kami membuat kedua negara demokrasi kami lebih aman dan membantu menegakkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," ujar Menteri Austin seperti mengutip Reuters.

EDCA memungkinkan akses AS ke pangkalan militer Filipina untuk pelatihan bersama, pra-penempatan peralatan dan pembangunan fasilitas seperti landasan pacu, penyimpanan bahan bakar hingga perumahan militer, tetapi tidak untuk kehadiran permanen.

Menteri Austin dan Galvez tidak menentukan situs yang akan dibuka untuk akses AS. Mantan panglima militer Filipina itu mengatakan, Amerika Serikat telah meminta akses ke pangkalan di pulau utara utama Luzon, bagian terdekat Filipina ke Taiwan, dan di Palawan di barat daya, dekat Kepulauan Spratly yang disengketakan di Laut China Selatan.