PLN dan IPB Manfaatkan Limbah Batu Bara untuk Jaga Kesuburan Tanah
JAKARTA - PT PLN (Persero) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan studi pemanfaatan limbah hasil pembakaran batu bara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berupa fly ash bottom ash (FABA) di wilayah Bangka Belitung.
Ada dua PLTU di provinsi tersebut yakni PLTU Air Anyir yang berada di Bangka dengan total produksi FABA kurang lebih 1.200 ton tiap bulan dan PLTU Suge di Belitung dengan total produksi FABA kurang lebih 750 ton per bulan.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Bangka Belitung Ajrun Karim menjelaskan, selain untuk kesuburan tanah, FABA juga bisa dimanfaatkan untuk menutup lubang dan reboisasi lahan pasca tambang.
Karakteristiknya yang memiliki kandungan unsur tanah dan bersifat pozolanik hampir seperti semen sangat cocok untuk menambah unsur hara pada tanah, lahan pertanian maupun penghijauan.
"Tidak perlu mendatangkan bahan penutup tambang yang lebih jauh dari sumber produksi FABA. Sebab FABA meningkatkan geoteknik dan kestabilan tambang, menurunkan permeabilitas air sehingga menahan air berkualitas buruk dan tidak mencemari air tanah," kata Ajrun.
Dalam kesempatan itu, Manager PLN Unit Induk Pelaksana Pembangkitan Bangka Belitung (PLN UPK Babel) Umar Farouk Andy Saputra mengajak akademisi IPB untuk melihat langsung hasil pemanfaatkan FABA di lingkungan kerjanya.
Salah satunya dalam pembuatan Taman Edupark, yang seluruh bahan pembuatan taman menggunakan limbah batu bara.
“Seluruh bahan dalam pembuatan Taman Edupark dari paving block/batako, beton cor, roster, stabilisasi lahan, pembenahan tanah, panel beton U-Ditch, bollard, tetrapod dan produk lainnya semua menggunakan FABA," terang Farouk.
Baca juga:
Sementara itu, Dosen Program Studi Silvikultur Tropika IPB Irdika Mansur mengatakan, besarnya produksi FABA di dua PLTU tersebut bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesuburan tanah wilayah Bangka Belitung. Ini mengingat sebagian besar wilayah berstruktur tanah berpasir.
"FABA mampu memperbaiki pH (tingkat keasaman) tanah dan insektisida, juga mampu memperbaiki tekstur tanah, aerasi, perkolasi dan kemampuan menahan air (WHC), menurunkan kepadatan tanah (bulk density), dan konsumsi material amelioran tanah lainnya," kata Irdika.