Bio Farma Siap Hadirkan CerviScan, Alat Deteksi Dini Penyebab Kanker Serviks
JAKARTA - Bio Farma siap menghadirkan diagnostik kit bernama CerviScan, sebuah inovasi karya anak bangsa yang merupakan alat deteksi dini terhadap Human Papillomavirus (HPV) penyebab kanker serviks.
Direktur Utama Holding BUMN Farmasi, Honesti Basyir menyampaikan bahwa Bio Farma menghadirkan CerviScan yang dapat menjadi alternatif pilihan bagi wanita Indonesia.
“Kanker serviks merupakan silent killer karena gejalanya baru diketahui setelah stadium lanjut. Untuk itu perlu pencegahan dan deteksi dini untuk diketahui lebih awal penyakitnya sehingga tidak terlambat ditangani. CerviScan hadir untuk menjadi salah satu solusi bagi wanita dan para ibu yang ragu melakukan pemeriksaan karena rasa takut, ” kata Honesti, dalam keterangan tertulisnya, dikutip dari Antara, Senin 23 Januari.
Honesti memaparkan, deteksi dilakukan dengan metode pengambilan urine yang kemudian diperiksa di laboratorium menggunakan alat PCR dan diharapkan dengan metode urine ini akan memberikan kenyamanan kepada para perempuan.
"Dengan pola ini harapannya bisa meningkatkan angka skrining kanker serviks,” kata Honesti.
Sementara itu, Bio Farma juga mensosialisasikan bahaya kanker serviks dengan menggelar talkshow yang mengangkat tema “The Silent Killer: Kenali dan Deteksi Kanker Serviks, yang diawali dengan Funbike dengan titik keberangkatan di Bio Farma Bandung menuju Gedung Sate Kota Bandung, dan dilepas oleh Direktur Hubungan Kelembagaan Bio Farma, Sri Harsi Teteki.
Sri Harsi Teteki menyampaikan bahwa perempuan Indonesia harus lebih peduli terhadap kesehatan diri.
“Dengan adanya kegiatan ini diharapkan para wanita dapat mengenal secara dalam mengenai kanker rahim. Sebagai perempuan Indonesia harus terus melindungi diri dengan menjaga kesehatan," kata Sri Harsi Teteki.
Kegiatan yang diikuti oleh 100 peserta wanita dari komunitas Women Cycling Community (WCC) ini merupakan rangkaian kegiatan Pre-event Launching diagnostik kit produk Bio Farma untuk skrining Human Papillomavirus (HPV) yang merupakan penyebab kanker serviks yang banyak dialami oleh perempuan Indonesia dan penyebab ketiga kematian terbesar di Indonesia.
Menurut data Global Cancer Observatory, dari sekian banyak jenis kanker tersebut, kanker leher rahim atau yang kita kenal dengan nama kanker serviks, menempati urutan kedua tertinggi di Indonesia.
Lebih dari 80 wanita Indonesia terdiagnosis kanker serviks setiap HARI-nya, bahkan dalam 120 menit dua wanita Indonesia meninggal karena jenis kanker ini.
Global Cancer Observatory pun menyebutkan hanya 5 persen wanita yang melakukan skrining kanker serviks.
Kurangnya informasi mengenai kanker serviks dan ketakutan menjalani skrinning menjadi hambatan dalam pencegahan dan penanganan kasus kanker serviks.
Oleh karenanya Bio Farma melakukan inovasi untuk menciptakan produk karya anak bangsa untuk mendeteksi virus HPV dengan nama CerviScan.
CerviScan merupakan diagnostik kit berbasis PCR untuk deteksi dini terhadap Human Papillomavirus (HPV) yang merupakan penyebab kanker serviks.
Kepala Divisi Pemasaran Domestik Bio Farma, Fitri Puspadewi menyampaikan bahwa tujuan diselenggarakannya kegiatan pre-event launching CerviScan adalah untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini kanker serviks.
Baca juga:
“Kami berharap dalam rangkaian acara ini sebagai salah satu bentuk membangun awareness masyarakat karena sangat disayangkan, skrining penyakit ini masih relatif kecil. Perempuan ragu untuk melakukan sampling," kata dia.
Dia berharap kehadiran CerviScan ini menjadi salah satu alternatif solusi yang dapat digunakan oleh perempuan di Indonesia, untuk melakukan skrining agar bisa kita deteksi lebih awal penyakitnya sehingga bisa meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat terlebih perempuan.
Untuk mendeteksi dini kanker serviks, Bio Farma sudah melakukan uji klinis kepada 900 subjek dengan melakukan tes urine pada pagi hari, jadi sudah bisa mendeteksi meskipun urinenya bukan yang fresh,
"Sedangkan untuk hasil tes menggunakan metode PCR yang peralatannya sudah tersebar di Indonesia. Uji klinis tetap dilakukan di laboratorium yang sudah direkomendasikan oleh dokter maupun inisiatif sendiri," kata Fitri.