Dua Remaja Laki-laki Kakak-Adik di Purbalingga Kompak Jadi Pengedar Obat Terlarang

PURBALINGGA - Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba) Polres Purbalingga meringkus kakak-adik asal Desa Tlahab Lor, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Pasalnya dua bersaudara tersebut didapati menjual dan mengedarkan obat daftar G.

Kasat Reserse Narkoba Polres Purbalingga AKP Achirul Yahya saat memberikan keterangan, mengatakan pihaknya telah mengamankan dua orang yang kedapatan mengedarkan obat daftar G. Tempat kejadian perkara (TKP) ada di wilayah Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga.

Dua tersangka yaitu yaitu DS (25) dan KBS (20), keduanya warga Desa Tlahab Lor, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Kedua tersangka ini merupakan saudara kandung kakak beradik.

"Modusnya tersangka ini membeli obat daftar G kepada temannya di Tangerang. Setelah barang dikirim kemudian diedarkan atau dijual kepada teman-temannya melalui WA untuk mendapatkan keuntungan," jelas AKP Achirul Yahya dalam keterangan tertulis, Jumat, 20 Januari.

Disampaikan bahwa pengungkapan berawal dari informasi masyarakat tentang adanya penjualan obat daftar G di wilayah Kecamatan Karangreja. Kemudian tim Opsnal Satresnarkoba Polres melalukan observasi di lapangan.

"Hasilnya kami berhasil mengamankan tersangka DS dan KBS berikut barang buktinya di wilayah Desa Tlahab Lor, Senin, 9 Januari," ungkapnya.

Barang bukti yang berhasil diamankan yaitu 1288 butir obat jenis Hexymer dalam dua bungkus plastik, 28 butir Obat jenis Tramadol, satu bendel plastik klip transparan, dua plastik kresek warna biru dan dua buah telepon genggam.

Dari pengakuan tersangka, obat daftar G tersebut dibeli seharga Rp. 200 ribu untuk lima lempeng atau isi 50 butir. Selanjutnya dijual kembali perlempeng atau perpaket isi 10 butir seharga Rp. 70 ribu.

"Satu tersangka berinisial DS merupakan residivis kasus penyalahgunaan narkotika jenis sabu pada tahun 2016. Sedangkan satu lainnya belum pernah tersangkut pidana," katanya.

Kasat Reserse Narkoba menambahkan kepada tersangka dikenakan Pasal 196 jo Pasal 98 ayat (2) dan (3) UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dengan ancaman pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar.