Beras Jadi Penyumbang Inflasi Tertinggi Saat Ramadan, Ekonom Celios: Pemerintah Harus Jaga Pasokan

JAKARTA - Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira meminta pemerintah perlu memperhatikan pasokan beras dalam negeri selama Ramadan dan Idulfitri.

Sebab, menurut Bhima, kontribusi beras terhadap inflasi sangat tinggi. Oleh karena itu, permintaan terhadap pasokan beras perlu dijaga agar tetap stabil.

"Dari segi permintaan kan karena masyarakat sudah mulai longgar dan belanja lebih banyak, pasti kebutuhan untuk berasnya juga naik, sementara untuk impor, kami cek dari datanya FAO (rice index) itu naik. Jadi, mau impor pun di negara asal itu mengalami kenaikan. Nah, jadi yang harus diperhatikan menjelang Lebaran itu adalah beras," kata Bhima kepada wartawan di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 19 Januari.

Oleh karena itu, Bhima menyarankan empat hal ini kepada pemerintah guna menjaga kestabilan pasokan beras.

Pertama, pemerintah perlu menambah alokasi untuk subsidi pupuk.

Sebab, sampai saat ini, subsidi pupuk baru mencapai 30 persen dari total kebutuhan, sehingga para petani tak memiliki pilihan untuk menggunakan pupuk nonsubsidi.

"Akan tetapi harus dipastikan tepat sasaran," ujar Bhima.

Kedua, kata Bhima, pemerintah harus memperhatikan skema kerja sama terkait impor beras, sehingga tidak menggangu harga gabah di dalam negeri.

"Yang ketiga saya kira regenerasi petani, anak muda harus masuk lebih banyak ke sektor pertanian untuk menjaga (kondisi pangan Indonesia)," ucapnya.

Terakhir atau keempat, pemerintah perlu mengurangi alih guna lahan pertanian untuk kepentingan industri dan perumahan.

"Itu yang buat produksi pertanian (Indonesia) semakin turun," tutup Bhima.