Presdir Seabank Paparkan Tantangan Bank Digital di RI pada 2023

JAKARTA - President Director PT Bank Seabank Indonesia Sasmaya Tuhuleley mengatakan bank digital dapat membantu mendorong perekonomian di Indonesia lebih inklusif di tengah era digitalisasi saat ini.

"Peran dari sebuah bank digital untuk mendorong perkembangan ekonomi di Indonesia lebih inklusif untuk menyediakan akses keuangan yang seluas-luasnya bagi masyarakat," kata Sasmaya dalam Webinar Tren Perbankan di 2023, dikutip dari Antara, Rabu 18 Januari.

Sasmaya menuturkan digitalisasi bank merespons kebutuhan dan perkembangan di mana transaksi digital semakin masif dilakukan masyarakat seperti pada masa pandemi COVID-19.

Faktor jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak dan wilayah Indonesia yang luas dan terdiri dari banyak pulau akan menyulitkan bagi perbankan untuk melakukan penetrasi terutama di daerah terpencil dengan membangun kantor cabang fisik.

Untuk itu, kehadiran bank digital dan digitalisasi perbankan dapat mengisi kekosongan yang belum bisa dijangkau oleh perbankan yang mengandalkan kehadiran kantor cabang fisik.

Perbankan melakukan digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi dan pengalaman konsumen. Bank digital juga melakukan fungsi intermediasi berupa penyaluran kredit dan penghimpunan dana, dengan konsumen yang ditargetkan adalah masyarakat ekonomi menengah dan bawah.

Bank digital merupakan bank yang membangun pengalaman perbankan dan eksis hanya di dunia virtual. Bank digital tidak akan memiliki kantor fisik seperti bank-bank pada umumnya.

Bank digital menggunakan aplikasi digital untuk memudahkan nasabah melakukan transaksi seperti deposit, menggunakan verifikasi spesial dengan teknologi tertentu untuk keamanan, dan memanfaatkan big data dan machine learning untuk mempelajari perilaku nasabah.

Menurut Sasmaya, perkembangan bank digital pada 2023 di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan, antara lain belum meratanya akses internet di seluruh Indonesia, ada kebutuhan peningkatan kapasitas infrastruktur.

Tantangan lain adalah belum tersedianya aset seperti pusat data elektronik untuk usaha mikro, kecil dan menengah agar perbankan bisa melayani segmen tersebut, serta perlu dukungan regulasi khusus bank digital agar bisa lebih berkembang kuat dan sehat.

Sasmaya mengatakan ke depan akan makin banyak inovasi produk bank yang sepenuhnya digital from end to end untuk meningkatkan pengalaman konsumen.

Kemudian, ada kebutuhan besar untuk pengembangan aplikasi baru yang mencakup teknologi, layanan dan fitur yang lebih terpusat ke konsumen, serta buy now pay later (paylater) akan semakin populer pada 2023.

"Peran sebuah bank digital bisa membantu akses keuangan bagi para pelaku ekonomi baik pembeli maupun penjual di platform e-commerce," tuturnya.

Untuk model bisnis, bank digital bisa menyasar sebagian besar penduduk Indonesia yang berpenghasilan ekonomi menengah dan bawah di mana kebanyakan mereka belum memiliki rekening di bank, atau tidak mempunyai akses apapun terhadap kredit dari bank meski sudah memiliki rekening di bank, sehingga bank digital bisa menyediakan akses keuangan seluas-luasnya bagi mereka.

Untuk melayani segmen tersebut, bank digital perlu membangun model dan proses bisnis yang benar-benar berbeda dengan praktik perbankan selama ini.

Selain itu, beberapa bank digital dengan kapasitas big data dan manajemen risiko baik kemungkinan melakukan direct lending ke masyarakat. QRIS menjadi alternatif pembayaran yang akan semakin dipakai masyarakat terutama di outlet ritel.

Bagi bank digital, teknologi merupakan suatu pengungkit utama untuk membantu setiap proses bisnis, layanan maupun keamanan dari suatu proses bisnis sehingga bank digital butuh aset besar untuk investasi di bidang teknologi dan sumber daya manusia.

"Kami memperkirakan pada 2023 banyak sekali muncul bank digital baru yang merupakan hasil transformasi dari bank non-digital," ujarnya.