Maraknya Iklan dan Promosi Rokok Picu Jumlah Perokok Usia Anak Meningkat
JAKARTA - Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari mengatakan maraknya iklan, promosi, dan sponsor rokok merupakan penyebab jumlah anak merokok meningkat.
"Survei terbaru Lentera Anak pada 2021 kepada 180 responden usia 10-19 tahun yang pernah atau aktif merokok dengan wawancara langsung kepada anak, menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden percaya iklan rokok mempengaruhi konsumsi merokok anak," kata Lisda Sundari kepada Antaa, Selasa 17 Januari.
Lisda Sundari menjelaskan dalam 10 tahun terakhir, prevalensi perokok anak di Indonesia terus meningkat.
Pihaknya mengutip dari data Riskesdas 2018 yang menunjukkan perokok anak meningkat menjadi 9,1 persen atau 3,2 juta anak.
"Bappenas juga memprediksi bahwa pada 2030, perokok anak bisa mencapai 15,9 juta orang," kata Lisda.
Pihaknya mengatakan permasalahan rokok ini merupakan masalah serius yang harus ditangani karena berdampak negatif pada kesehatan, kualitas SDM, dan perekonomian negara.
"Ini masalah serius di masa mendatang, mengingat rokok bersifat adiktif dan faktor resiko penyakit tidak menular, juga akan menjadi beban ekonomi sehingga akan mengancam kualitas SDM," kata Lisda.
Baca juga:
- Jokowi Bakal Larang Penjualan Rokok Batangan, Senator DPD: Beli Rokok Harusnya Tunjukkan KTP, Melanggar Kena Sanksi
- Larangan Jokowi Soal Rokok: Penambahan Tulisan Peringatan Kesehatan hingga Terkait Kawasan Tanpa Rokok
- Segeralah Berhenti, Perokok Berisiko Lebih Besar Kena Tuberkolosis
- Kemendagri Minta Pemda Segera Susun Perda Kawasan Tanpa Rokok
Senada dengan Lisda, Plt. Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Anggin Nuzula Rahma mengatakan keberadaan rokok menjadi ancaman bagi bonus demografi Indonesia di tahun 2045.
"Rokok menjadi ancaman, tentunya bonus demografi, ya, karena berbicara SDM yang berkualitas, SDM unggul, ini tentunya anak-anak harus sehat, harus dimulai dari fisik maupun mentalnya ini harus sehat terlebih dahulu," kata Anggin Nuzula Rahma.
Selain mengancam kualitas SDM terkait bonus demografi, rokok juga berdampak negatif dalam pembangunan nasional.
"Karena memang memperparah kemiskinan, banyak sekali anggaran yang digunakan atau dikeluarkan untuk rokok," kata Anggin Nuzula Rahma.