Kisah di Balik Lahirnya Lagu Indonesia Raya

JAKARTA - Lagu Indonesia Raya sedang menjadi perbincangan di media sosial. Lagu yang selalu berkumandang, tidak hanya ketika upacara bendera atau peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, tapi juga kegiatan resmi mulai tingkat paling rendah hingga skala nasional ini, dihina orang Malaysia.

Bahkan, tanda pagar #IndonesiaRaya dan #Malaysia jadi trending topic hari ini, Senin, 28 Desember, setelah adanya warga Malaysia yang 'memparodikan' Lagu Indonesia Raya dan mengunggah lagu tersebut di akun MY Asean yang berlogo bendera Malaysia. Saat ini, akun tersebut tak lagi muncul di YouTube. 

Tapi, tahukah kisah di balik lahirnya lagu Indonesia Raya?

Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin, 28 Desember, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman, seorang pemuda biasa yang berkerja sebagai jurnalis di Bandung dan Jakarta. Wage muda, rajin menyumbangkan artikel di beberapa surat kabar saat itu, seperti Kaoem Moeda, Kaoem Kita, dan Sin Po

Keterlibatan WR Supratman, dalam pergerakan kebangsaan dimulai sekitar tahun 1928, saat dia melihat sebuah pengumuman di majalah Timboel terbitan Solo, mengajak komponis-komponis Indonesia untuk membuat lagu kebangsaan. 

WR Soepratman yang merasa tertantang kemudian mengirimkan lagu gubahannya yang berjudul Indonesia Raya.

Lagu Indonesia Raya ini tidak lantas langsung dijadikan sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Sebagai seorang wartawan, sudah menjadi tugas Soepratman untuk meliput berbagai kegiatan pergerakan, salah satunya Kongres Pemuda Kedua pada 28 Oktober 1928 atau dikenal juga dengan Hari Lahirnya Sumpah Pemuda. 

Saat itu Soepratman bertemu dengan salah satu teman Ir Soekarno dan juga tokoh muda, Soegondo Djojopeospito. 

Pertemuan ini menghasilkan suatu momen yang sangat berharga, ketika Soegondo meminta Soepratman membawakan lagu gubahannya pada kongres tersebut namun untuk menghindari represi dari penjajah, lagu tersebut dibawakan tanpa lirik. 

Maka dimainkanlah lagu Indonesia Raya oleh WR Soepratman untuk pertama kalinya pada Kongres Pemuda Kedua, 28 Oktober 1928 di Gedung Indonesische Clubgebouw, Jl Kramat Raya 106.

Dilansir Kemendikbud, lagu Kebangsaan Indonesia Raya memiliki 3 stanza atau 3 baris lirik yang berbeda-beda.

Berikut ulasan makna yang terkandung di dalam lirik asli lagu kebanggaan masyarakat Indonesia ini.

Stanza pertama menggaris bawahi kata “Marilah Kita Berseru Indonesia Bersatu”. Dalam kalimat ini terdapat makna penyemangat dan seruan bagi Indonesia yang saat itu belum merdeka.

Selain itu, dalam stanza pertama juga terdapat kata “Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya” yang sebelumnya “Bangunlah Badannya, Bangunlah Jiwanya”. Kedua frasa ini diubah posisinya atas perintah dari Ir Soekarno yang berpendapat, “Tak akan bangun raga seseorang jika jiwanya tidak terlebih dahulu bangun. Hanya seorang budak yang badannya bangkit namun jiwanya tidak.”

Berlanjut ke stanza kedua, di mana frasa yang ditekankan adalah “Marilah Kita Mendoa, Indonesia Bahagia.” Makna yang mendalam terkandung di dalam lirik di atas, di mana bermakna landasan spiritual dengan selalu mendoakan Indonesia yang bahagia.

Maka lanjutan lirik berikutnya adalah “Sadarlah Budinya, Sadarlah Hatinya” yang bermakna masyarakat Indonesia yang senantiasa memiliki budi dan hati yang baik.

Dalam stanza terakhir, stanza ketiga, terdapat sumpah dan amanat agraria yang diselipkan di dalam lirik Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Sumpah setia terucap dalam lirik “Marilah Kita Berjanji, Indonesia Abadi.” Sedangkan amanat agrarian terdapat dalam lirik yang berbunyi “Slamatlah Rakyatnya, Slamatlah Putranya, Pulaunya, Lautnya, Semuanya.”

Makna agraria yang dimaksud dalam lirik ini tidak terbatas dengan tanahnya, namun seluruh yang terkandung dalam Indonesia, meliputi tanah, laut, hingga luar angkasanya. Untuk menekankan makna agrarian tersebut, maka ketika satu tahun umur Indonesia, pemerintah saat itu sudah melakukan Revolusi Agraria.

Mengenal Indonesia tidak hanya sebatas mempelajari sejarah bangsa serta bahasanya, tapi lebih dari itu, menghayati dan meresapi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya juga merupakan suatu bentuk pengamalan serta kebanggaan kita atas negara tumpah darah, Indonesia.

Berikut adalah lirik lagu Indonesia Raya tiga stanza

Indonesia tanah airku,

Tanah tumpah darahku,

Di sanalah aku berdiri,

Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku,

Bangsa dan tanah airku,

Marilah kita berseru,

Indonesia bersatu.

Hiduplah tanahku,

Hiduplah neg'riku,

Bangsaku, Rakyatku, semuanya,

Bangunlah jiwanya,

Bangunlah badannya,

Untuk Indonesia Raya.

II

Indonesia, tanah yang mulia,

Tanah kita yang kaya,

Di sanalah aku berdiri,

Untuk s'lama-lamanya.

Indonesia, tanah pusaka,

P'saka kita semuanya,

Marilah kita mendoa,

Indonesia bahagia.

Suburlah tanahnya,

Suburlah jiwanya,

Bangsanya,

Rakyatnya, semuanya,

Sadarlah hatinya,

Sadarlah budinya,

Untuk Indonesia Raya.

III

Indonesia, tanah yang suci,

Tanah kita yang sakti,

Di sanalah aku berdiri,

N'jaga ibu sejati.

Indonesia, tanah berseri,

Tanah yang aku sayangi,

Marilah kita berjanji,

Indonesia abadi.

S'lamatlah rakyatnya,

S'lamatlah putranya,

Pulaunya, lautnya, semuanya,

Majulah Neg'rinya,

Majulah pandunya,

Untuk Indonesia Raya.

Refrain

Indonesia Raya,

Merdeka, merdeka,

Tanahku, neg'riku yang kucinta!

Indonesia Raya,

Merdeka, merdeka,

Hiduplah Indonesia Raya.