Profil Ali Daei, Legenda Sepak Bola Iran yang Dukung Protes Hingga Anak dan Istrinya Diturunkan dari Pesawat di Sebuah Pulau

JAKARTA — Legenda sepak bola Iran Ali Daei harus menerima konsekuensi dari rezim berkuasa Iran atas sikap vokalnya terhadap kematian Mahsa Amini. Istri dan anaknya yang hendak keDubai dialihkan kemudian diturunkan di sebuah pulau.

Daei adalah seorang manajer sepak bola Iran dan mantan pemain. Ia merupakan seorang striker yang pernah dipercaya menjadi kapten tim nasional Iran antara tahun 2000 dan 2006.

Selama aktif menjadi pemain, Ali Daei tercatat bermain di Bundesliga Jerman untuk Arminia Bielefeld, Bayern Munich, dan Hertha Berlin. Dalam sejarah sepak bola, dia dianggap sebagai salah satu pemain Asia terbesar sepanjang masa.

Daei memulai perjalanan manisnya di sepak bola bersama tim lokal di kampung halamannya, Esteghlal Ardabil. Ia lalu pindah ke Taxirani FC di Teheran dan menghabiskan satu musim di sana.

Ali Daei menerima tawaran bergabung dengan klub lain yang berbasis di kota yang sama, yakni Bank Tejarat. Ia bermain selama empat tahun di sana, mencetak 49 gol dalam 75 pertandingan untuk klub.

Setelah bermain untuk klub ternama Teheran, Persepolis dan melanjutkan perjalanan ke Qatar bersama Al Sadd, Daei pun pindah ke Bundesliga. Di sanalah ia mencatatkan dirinya menjadi pemain Asia pertama tampil di Liga Champions Eropa.

Sementara itu, di level tim nasional Iran, Daei pernah mencatatkan dirinya sebagai pemegang rekor pencetak gol terbanyak internasional. Ia total membukukan 109 gol dalam 149 laga untuk melewati nama-nama besar seperti Pele dan Maradona.

Dirinya juga pernah dua kali merebut gelar top skor Kualifikasi Piala Dunia 1994 Zona Asia dengan empat gol dan sembilan gol di tahun 2006. Rekor internasional itu kemudian baru dipecahkan oleh Cristiano Ronaldo pada tahun 2021 lalu.

Setelah pulang dari Bundesliga Jerman dengan koleksi gelar liga dan Piala Liga Jerman, Daei tercatat sempat memperkuat beberapa klub Iran sebelum memutuskan untuk pensiun pada 2007 silam.

Saat memutuskan berhenti bermain, Ali Daei melanjutkan karier sebagai pelatih. Total delapan klub pernah ia latih, dengan raihan tiga gelar juara, plus pernah melatih Timnas Iran pada tahun 2008 sampai 2009.

Meski sebagai salah satu legenda, kehidupan Ali Daei sepertinya tidak begitu aman di negaranya. Terbaru, keluarganya dicegah ke luar negeri karena sikapnya mendukung protes anti pemerintah atas kematian Mahsa Amini di dalam tahanan polisi moral.

Laporan media Iran menyebut anak dan istri Daei sedang dalam pesawat Mahan Air yang lepas landas dari Bandara Imam Khomeini di ibu kota Teheran menuju Dubai ketika otoritas Iran memerintahkan memaksa pendaratan di Pulau Kish Iran di Teluk.

"Dia mengatakan istri dan putrinya berada di penerbangan Mahan Air, yang lepas landas dari Bandara Imam Khomeini di ibu kota Teheran menuju Dubai," kantor berita Isna melaporkan, seperti dikutip The National.

"Tetapi pesawat itu dialihkan dan dipaksa untuk mendarat di Pulau Kish Iran di Teluk, tempat keluarganya dipindahkan," kata kantor berita negara Irna.

Daei sangat vokal dengan pemerintah Iran sejak kematian Amini. Pada 27 September lalu menggunakan media sosialnya untuk meminta pemerintah "menyelesaikan masalah rakyat Iran daripada menggunakan represi, kekerasan dan penangkapan".

Paspornya juga sempat ditahan pada Oktober lalu saat pulang dari luar negeri sebelum dikembalikan beberapa hari setelahnya. Toko perhiasan dan restorannya di utara Teheran juga ditutup bulan ini.

Media lokal melaporkan tempat usaha Daei itu diperintahkan untuk ditutup karena "kerja sama dengan kelompok anti-revolusioner di dunia maya untuk mengganggu perdamaian dan pasar bisnis".