Bantah Lodewijk Soal Konflik Internal, Elite PDIP: Kami yang Paling Siap Bertarung di 2024

JAKARTA - Ketua Bidang Kehormatan PDIP Komarudin Watubun, membantah pernyataan Sekjen Partai Golkar Lodewijk F Paulus yang menyebut ada keributan di internal PDIP lantaran hasil survei. PDIP dipastikan solid dan kompak di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri.

"Saya kira partai yang paling solid, kompak, dan disiplin hari ini adalah PDIP. Karena kami punya perangkat-perangkat organisasi yang kuat, punya regulasi organisasi yang kuat. Kami punya kepemimpinan nasional yang kuat Ibu Megawati, kami punya mekanisme untuk proses kepala daerah sampai ke presiden itu sudah baku, jadi sebenarnya tidak ada perpecahan itu," ujar Komarudin, Jumat, 23 Desember.

Komarudin menilai, penafsiran dan spekulasi seperti yang dikatakan Lodewijk sah-sah saja. Namun sebagai ketua bidang kehormatan yang ditugaskan partai, dia menjamin, organisasi disiplin dan tertib.

"Saya kira itu sebagai analisa sah-sah saja. Tapi sekali lagi PDIP adalah partai yang paling siap untuk bertarung di 2024," tegas Komarudin.

Sebab, tambahnya, PDIP punya tiket Pilpres 2024 tanpa harus koalisi dengan partai lain. Bahkan, kata Komarudin, PDIP punya banyak stok kader yang bisa diajukan sebagai capres dan cawapres.

"Kenapa paling siap, dari segi tiket, boarding pass, PDIP tanpa koalisi pun dia bisa maju sendiri. PDIP punya kader yang siap capres, ada Mba Puan, ada Mas Ganjar, ada Mba Risma. Saya kira kalau disurvei secara nasional, yang terbaik ya pasti punya PDIP. Artinya kita punya stok yang cukup untuk mengisi jabatan presiden di level nasional," pungkasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk F Paulus, menyebut ada keributan di PDIP usai hasil survei elektabilitas Ganjar Pranowo mengalahkan Puan Maharani.

Awalnya, Lodewijk mengingatkan kader soal komitmen Golkar untuk menang. Dia menegaskan, komitmen tersebut harus diwujudkan di lapangan bukan hanya di ruang rapat.

Menurutnya, ada dua langkah yang harus dilakukan untuk menjadi pemenang. Pertama, melakukan 'serangan udara'. Kedua, serangan darat yang dilakukan kader di lapangan.

Serangan udara yang dimaksud adalah sosialisasi menggunakan spanduk, baliho, media sosial, hingga lembaga survei. Dia menilai, cara ini akan cukup mempengaruhi publik bahkan memecah belah partai. Saat ini lah, Lodewijk menyinggung soal PDIP.

"Dampak dari serangan udara kita lihat kepada tetangga kita, PDIP. Saat seorang Ganjar surveinya tinggi, dan seorang Puan surveinya rendah, apa yang terjadi? bentrok di dalam. Dan sampai sekarang masih kita rasakan," ujar Lodewijk saat memberikan sambutan di acara Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) DPD Golkar Sumut di Medan, Kamis, 22 Desember.

Lodewijk mengatakan, hasil survei tersebut bukan hanya berdampak di PDIP namun juga di Golkar. Yakni, terjadi keributan di grup WhatsApp DPR karena hal itu.

"Golkar juga demikian, saat survei Golkar rendah, mungkin saya nggak tahu teman-teman di provinsi, tapi di pusat, di Jakarta, saat survei kita turun, ada yang menjadi pembela, ada yang komplain, tetapi ada juga yang bertahan. Akhirnya kita pecah, ribut di WA grup DPR RI," katanya.