Pendonor Sperma Paling Produktif di Dunia, Punya 150 Anak dan Siap Sambut Kelahiran 3 Bayi
JAKARTA - Salah satu pendonor sperma paling produktif di dunia sangat senang mengetahui bahwa tiga wanita asal Inggris sedang mengandung anak-anaknya.
Pria berusia 50 tahun yang biasa dipanggil Joe Donor ini tiba di Essex, Inggris dari Amerika pada bulan September. Ia bahagia ketika mengetahui ketiga wanita itu akan melahirkan bayinya tahun depan.
Meski sudah menjadi ayah dari 150 anak, Joe - yang menyumbang sperma secara anonim - mengatakan, membantu wanita menciptakan anugerah kehidupan adalah hadiah terbaik yang pernah ia dapatkan.
"Saya selalu siap memberi para wanita bayi impian yang selalu mereka inginkan. Sejak tiba di Inggris pada bulan September saya telah bertemu dengan sekitar 15 wanita," kata Joe dilansir dari Daily Star, Senin, 21 Desember.
Baca juga:
"Kebanyakan dari mereka tidak ingin berhubungan seks karena mereka mengatakan hal tersebut menyebabkan terlalu banyak masalah atau karena mereka lesbian, tetapi itu lebih efektif jika itu wajar," lanjut Joe.
"Saya ingin bilang, tiga dari wanita-wanita yang saya temui pernah saya ajak berhubungan seks dan dua di antaranya sedang hamil.”
Namun, Joe menambahkan bahwa banyak wanita tidak melapor kembali kepadanya bahwa mereka sedang hamil.
Joe telah melakukan perjalanan ke seluruh Amerika, Argentina, Italia, Singapura, Filipina dan sekarang Inggris menyumbangkan sperma. Krisis virus corona tidak membuatnya melambat di mana diperkirakan dia menghamili 10 wanita setiap tahun.
"Saya merasa saya adalah pria paling beruntung di dunia yang dapat membantu wanita pada saat mereka membutuhkan," Joe menjelaskan.
"Saya tidak akan pernah tahu angka pastinya tapi pasti dalam angka ganda setiap tahun."
Joe menegaskan dirinya tidak memperoleh keuntungan finansial dari memberikan sperma kepada para wanita itu. Ia hanya 'menikmati' membantu orang.
Joe meyakini, sperma pribadi lebih aman dari bayi tabung di klinik, karena pengambilan sel telur untuk bayi tabung adalah prosedur pembedahan dengan efek samping yang parah, seperti sindrom hiper-stimulasi ovulasi.
"Wanita yang saya bantu semua melakukan pemeriksaan selama kehamilan sehingga mereka akan segera mengetahui apakah mereka tertular penyakit menular seksual, dan itu tidak pernah terjadi," pungkas Joe.