Jabat Presiden Peru, Dina Boluarte: Saya Minta Gencatan Senjata Politik untuk Bentuk Pemerintahan Persatuan

JAKARTA - Dina Boluarte menjadi presiden wanita pertama Peru pada Rabu di tengah pusaran politik, ketika pendahulunya dan mantan bosnya Pedro Castillo digulingkan dalam sidang pemakzulan kemudian ditahan oleh polisi, setelah mencoba menutup Kongres secara ilegal.

Boluarte (60) menghadapi tantangan yang tidak menyenangkan untuk menyembuhkan Peru yang terpecah, di mana kepresidenan telah terkunci dalam pertempuran dengan Kongres selama lebih dari setahun.

"Saya meminta gencatan senjata politik untuk membentuk pemerintahan persatuan nasional," katanya dalam pidato pertamanya setelah dilantik sebagai presiden keenam negara itu hanya dalam lima tahun, melansir Reuters 8 Desember.

Dalam kesempatan tersebut, dia juga berjanji untuk membentuk kabinet yang luas dari "semua darah".

"Saya meminta waktu, waktu yang berharga untuk menyelamatkan negara dari korupsi dan pemerintahan yang salah," tandasnya.

Lahir di Apurimac 3 Mei 1962, salah satu daerah di selatan pegunungan Peru, Presiden Boluarte menghabiskan waktu bertahun-tahun bekerja di Catatan Identifikasi Nasional dan Status Sipil, yang mencatat kelahiran, pernikahan dan kematian.

Memiliki latar belakang pengacara, Presiden Boluarte relatif tidak dikenal kebanyakan orang Peru sampai saat ini. Di tahun 2018, ia hanya meraih kurang dari empat persen suara dalam pemilihan wali kota di Distrik Lima. Ia juga kalah dalam perebutan kursi parlemen tahun 2021.

Tapi, dia menjadi terkenal bersama Castillo sebagai wakil presiden, ketika pasangan itu meraih kemenangan pemilihan yang mengejutkan pada tahun 2021 untuk partai paling kiri Peru Libre.

"Meskipun dia sebelumnya tidak berpengalaman dalam politik, saya pikir setelah satu setengah tahun menjadi menteri, dia telah memperoleh banyak pengalaman kebijakan yang akan bermanfaat baginya sekarang," kata kolumnis politik Gonzalo Banda.