B.J. Habibie Raih Medali Edward Warner Award dalam Sejarah Hari Ini, 7 Desember 1994

JAKARTA - Hari ini, 29 tahun yang lalu, 7 Desember 1994, Menteri Riset dan Teknologi Indonesia (Menristek), Bacharuddin Jusuf (B.J) Habibie meraih medali Edward Warner Award di Montreal, Kanada. Ia menerima medali itu atas prakarsa organisasi penerbangan sipil bentukan PBB, The Internasional Civil Avition Organization (ICAO).

Habibie dianggapnya sebagai salah satu tokoh kedirgantaraan terbaik dunia. Ia mampu bersinar di Jerman. Di Indonesia apalagi. Sumbangsihnya besar bagi dunia kedirgantaraan Indonesia. Alhasil, Habibie dikenang sebagai Bapak Teknologi Indonesia.

Habibie dan dunia kedirgantaraan adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Tindak-tanduknya di dunia kedirgantaraan dunia kerap membawa decak kagum. Bahkan, kala Habibie masih berada di luar negeri, Jerman.

Habibie menjelma jadi salah satu ahli kedirgantaraan di Jerman selepas kuliah. Ia pun memilih untuk menetap dan bekerja sebagai Wakil Presiden Direktur Teknologi, Messerchmidt-Bolkow-Blohm (MBB) di Hamburg, Jerman. Karier Habibie yang mentereng pun berhempus ke seantero negeri.

Kabar Habibie sebagai putra bangsa yang berprestasi skala dunia diketahui oleh Presiden Soeharto. Kebetulan Indonesia kala itu sedang memiliki mimpi untuk membangun dunia kedirgantaraan. Kehadiran Habibie pun ditunggu-tunggu.

Presiden Soeharto dan Menristek B.J. Habibie dalam suatu pertemuan. (Perpusnas)

Soeharto mengutus petinggi Pertamina, Ibnu Sutowo untuk membawa Habibie pulang ke Indonesia. Misi Ibnu di Jerman berhasil. Habibie mau dibujuk untuk pulang dan berkarya untuk Indonesia. Ia pun ditempatkan dari divisi baru Pertamina, Advanced Technology and Aeronautical Tecnology Division (ATTP), hingga diangkat sebagai Menristek oleh Soeharto.

“Waktu bicara-bicara, Dubes Achmad Tirto menyebut nama Habibie, dan menerangkan tentang kepandaiannya. Malahan diceritakannya, bahwa Habibie sudah melamar, atau ingin melamar untuk bekerja di Indonesia. Tetapi siapa di Indonesia yang bisa menampung orang yang sudah bekerja di MBB dengan gaji yang begitu besar? itu jadi pertanyaan Dubes Achmad Tirto.”

“Saya sudah lama berpikir tentang mengumpulkan tenaga-tenaga yang terdidik untuk pembangunan Indonesia, khususnya untuk lembaga yang saya pimpin. Saya malahan sudah lama mengirimkan sejumlah tenaga ke luar negeri untuk menambah pendidikannya, guna nantinya ikut serta dalam pembangunan di negeri kita,” kenang Ibnu Sutowo sebagaimana ditulis Ramadhan K.H. dalam buku Ibnu Sutowo: Saatnya Saya Bercerita! (2008).

Kiprah Habibie memajukan dunia kedirgantaraan Indonesia tiada dunia. Apalagi ketika Habibie mendapatkan kesempatan mengepalai Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kemudian belakangan dikenal sebagai PT. Dirgantara Indonesia.

Di sana, Habibie membuktikan bahwa Indonesia dapat memproduksi pesawatnya sendiri. Sederet prestasi itu membuat dunia melirik habibie sebagai tokoh kedirgantaraan dunia. ICAO pun mengundang Habibie untuk dianugrahi penghargaan Edward Warner Award. Sebuah penghargaan yang didedikasikan kepada tokoh kedirgantaraan dunia.

B.J. Habibie sedang bercengkerama dengan sang istri Ibu Hasri Ainun. (Perpusnas)

Penghargaan itu didapatkan Sang Menristek pada 7 Desember 1994 di Montreal, Kanada. Medali itu diserahkan langsung oleh Sekretaris Jenderal ICAO Philippe Rochat yang didampingi Sekretaris Jenderal PBB, Boutros Boutros Ghali.

"Pada waktu itu, pada pukul 10.00 pagi waktu Chicago sama dengan pukul 22.00 atau pukul 10.00 malam waktu Indonesia Bagian Timur. 50 tahun yang lalu, tak ada orang menyangka atau terpikirkan bahwa anak kecil yang berusia delapan tahun, pukul 10.00 malam sedang membaca Al-Qur'an di rumah Bugis dari kayu dan bambu di pinggir hutan, tempat pengungsian saya bersama keluarga dan 50 tahun kemudian menerima penghargaan tertinggi dari ICAO,” cerita Habibie sebagaimana ditulis A. Makmur Makka dalam buku Mr. Crack dari Parepare (2017).