Badan Negara Laporkan 200 Orang Tewas Selama Protes di Iran, Presiden Raisi Puji Kebebasan
JAKARTA - Presiden Ebrahim Raisi pada Hari Sabtu memuji Iran sebagai penjamin hak dan kebebasan, mempertahankan sistem pemerintahan di tengah tindakan keras terhadap protes anti-pemerintah yang menurut PBB telah menelan lebih dari 300 nyawa.
Sementara itu, badan keamanan tertinggi negara mengatakan sekitar 200 orang, termasuk anggota pasukan keamanan, tewas dalam kerusuhan itu, angka yang jauh lebih rendah daripada yang diberikan oleh badan dunia dan kelompok hak asasi.
"Iran memiliki konstitusi paling progresif di dunia karena mengawinkan cita-cita dengan demokrasi," kata Presiden Raisi dalam pidatonya kepada anggota parlemen, mengutip seorang pengacara Afrika tak dikenal yang dia temui beberapa tahun lalu, dilansir dari Reuters 5 Desember.
"Konstitusi menjamin (keberadaan) sistem Islam," katanya, menambahkan itu juga "menjamin hak-hak dasar dan kebebasan yang sah."
Sementara itu, kantor berita Mizan mengutip dewan keamanan negara, Kementerian Dalam Negeri mengatakan 200 orang tewas dalam "kerusuhan" baru-baru ini.
Senin pekan lalu, Komandan Pasukan Dirgantara Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) Brigjen Amir Ali Hajizadeh mengatakan, sekitar 300 orang, termasuk anggota pasukan keamanan, tewas dalam kerusuhan baru-baru ini.
Sedangkan Javaid Rehman, seorang ahli independen yang ditunjuk PBB di Iran, mengatakan pada Hari Selasa, lebih dari 300 orang tewas dalam protes tersebut, termasuk lebih dari 40 anak-anak.
Adapun Kelompok HAM HRANA mengatakan bahwa hingga Jumat 469 pengunjuk rasa telah tewas, termasuk 64 anak di bawah umur. Dikatakan 61 pasukan keamanan pemerintah juga tewas. Selain itu, sebanyak 18.210 pengunjuk rasa diyakini telah ditangkap.
Protes di Iran memasuki bulan ketiga, dipicu oleh kematian wanita Kurdi Mahsa Amini (22), dalam tahanan polisi moralitas yang menegakkan aturan jilbab wajib yang ketat.
Demonstrasi telah berubah menjadi 'pemberontakan' rakyat oleh orang-orang Iran yang marah dari semua lapisan masyarakat, yang merupakan salah satu tantangan paling berani terhadap Pemerintah Teheran sejak revolusi 1979.
Baca juga:
- Peringatan Tsunami Samoa Amerika Dicabut Usai Gempa Magnitudo 6,7
- Bukan Al-Azhar atau Oxford, Universitas Tertua di Dunia Ini Didirikan Wanita Muslim di Afrika
- Militer Rusia Bakal Dibekali Pistol Baru: Ungguli Glock hingga Walther, Tembus Rompi Anti Peluru dan Andal di Suhu Ekstrem
- Ditemukan di Lahan Pertanian, Cincin Kawin Abad ke-14 Ini Laku Rp759 Juta
Tidak terpengaruh oleh penumpasan brutal, pengunjuk rasa telah meneriakkan slogan-slogan menentang Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, dan berulang kali menuntut diakhirinya pemerintahan saat ini.
Video media sosial menunjukkan protes baru pada Sabtu malam di beberapa bagian ibu kota Teheran, termasuk daerah Haft Howz timur di mana pengunjuk rasa terdengar meneriakkan: "Pembunuh Khamenei harus dieksekusi." Reuters tidak dapat segera memverifikasi rekaman tersebut.
Diketahui, pihak berwenang menyalahkan pemberontakan pada musuh asing, termasuk Amerika Serikat, Arab Saudi dan Israel.